Author: Hasna Huwaida

  • Senyuman Hangat Adik-Adik Pemulung di Taman Baca Amalia

    Senyuman Hangat Adik-Adik Pemulung di Taman Baca Amalia

    Di tengah kehidupan elit modern perkotaan yang hidup dengan kemewahan. Terdapat kehidupan anak-anak pemulung yang jarang terdengar kisahnya. Anak-anak pemulung ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Sejak masih kecil, mereka sudah terbiasa dengan kenyataan kerasnya kehidupan bahwa mereka harus turut berkontribusi untuk menghidupi keluarga mereka.

    Salah satunya adalah anak-anak yang tinggal di Kampung Pemulung Sarmili, Pondok Aren. Di saat anak-anak lainnya sedang asyik bermain dan berkumpul bersama keluarga, mereka aktif untuk mengumpulkan botol-botol bekas dari satu tempat ke tempat lainnya untuk nantinya dapat dijual kepada pengepul. Meskipun demikian, anak-anak pemulung ini tetap semangat dalam mengejar impiannya. Terlihat dalam antusias mereka ketika menulis mengenai impiannya.

    Pada hari Minggu, 24 Desember 2023 Saya berkesempatan menjadi volunteer 1000 GuruTangsel untuk melaksanakan program TnG (Teaching and Giving) di Taman Baca Amalia, Kampung Pemulung Sarmili, Pondok Aren. Taman Baca Amalia ini sudah berdiri selama 13 tahun. Pengurus Taman Baca Amalia ini bernama Ibu Yati.Seiring berjalannya waktu, Bu Yati turut mengurus secara keseluruhan, seperti pendidikan adik-adik pemulung ini.

    Walaupun kebanyakan dari mereka masih belum sekolah, akan tetapi beberapa anak ada yang bersekolah sampai di tingkat sekolah menengah hingga ada yang putus sekolah karena kesulitan perekonomian. Sesampainya dilokasi, kami di sambut dengan senyuman hangat adik-adik pemulung yang sudah menanti kedatangan kami. Mereka sangat antusias untuk bercerita dan bermain bersama. Antusias adik-adik di Taman Baca Amalia ini memberi semangat baru kepada kami para volunteer. Disana, kami melakukan games, kreativitas, makan siang bersama, dan pembagian donasi kepada anak-anak pemulung disana. Salah satu kreativitas yang kami buat bersama adalah pohon impian. Setiap anak menulis nama dan cita-citanya di masa depan nanti. Mereka ada yang menulis ingin menjadi polisi, guru, pilot hingga hafizhah qur’an. Semoga kelak dimasa depan nanti, cita-cita mereka dapat menjadi kenyataan.

    Pengalaman menjadi relawan dikegiatan teaching and giving ini memberikan semangat baru bagi kami untuk terus menebar kebaikan kepada sesama. Menjadi relawan merupakan sebuah panggilan jiwa untuk membantu dan meringankan beban saudara kita yang membutuhkan. Selain itu, aktivitas menjadi relawan ini dapat mengembangkan dan mempertajan sebuah inisiatif sosial.

    “The smallest act of kindness is worth more than the grandest intention.” –Oscar Wilde

  • Volunteering di acara Kültür Haftası (Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki)

    Volunteering di acara Kültür Haftası (Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki)

    Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki atau dalam Bahasa Turkinya “Kültür Haftası” yang diselenggarakan oleh Yunus Emre Enstitüsü Jakarta dari tanggal 11 Agustus 2023 – 19 Agustus 2023 berjalan lancar dan sukses!
    Kegiatan ini tak hanya di ikuti oleh peserta yang berada di wilayah Jabodetabek saja, akan tetapi dari luar pulau jawa pun hadir. Acara ini menghadirkan berbagai jenis perlombaan mengenai Indonesia-Turki yang terbagi dalam 3 macam jenis lomba, yakni lomba membuat dan membaca puisi, lomba memasak makanan khas Turki, dan lomba cerdas cermat.
    Pada hari pertama, perlombaan yang diadakan adalah lomba membuat puisi dalam bahasa Turki dan bahasa Indonesia. Para peserta sangat antusias dalam membuat puisinya. Peserta yang paling semangat dalam perlombaan ini berasal dari siswa SMA. Mereka menuangkan pengetahuan mereka tentang Turki ke dalam puisinya. Selanjutnya adalah perlombaan memasak makanan khas Turki. Para peserta berkompetisi dalam membuat dan menyajikan makanan Turki. Disamping itu, para peserta juga diuji pengetahuannya mengenai sejarah, latar belakang, asal, dan nilai gizi dari makanan yang mereka buat. Meskipun kebanyakan dari para peserta ini memasak makanan bercita rasa Turki, namun para juri merasa terkesima dengan rasa dari makanan yang peserta buat. Salah satu juri bernama Cemal Sahin yang merupakan orang Turki berkomentar mengenai salah satu makanan yang dibuat peserta yakni puding beras khas Turki “Sütlaç” bahwa rasanya sangat mirip dengan yang ada di Turki. Para peserta terbagi dalam 6 kelompok yang berasal dari siswa SMA dan mahasiswa. Mereka sangat bersemangat dalam membuat makanan khas Turki ini. Para peserta berlomba-lomba memberikan hasil yang terbaik untuk menjadi juara. Mereka memasak berbagai macam jenis masakan yang jenisnya sudah disediakan oleh panitia. Mulai dari Menemen, Köfte, Sulu köfte dan Sütlaç
    Selain itu, lomba terakhir yang terdapat dalam acara ini adalah lomba cerdas cermat pengetahuan Indonesia-Turki. Diharapkan dengan adanya perlombaan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita akan budaya dan sejarah, yang tidak hanya tentang Indonesia saja akan tetapi dari negara yang terhubung oleh dua benua tersebut.