Category: Self Development

  • Persiapan Menikah

    Menikah adalah suatu keputusan besar dan tidak mudah bagi seseorang karena tujuannya yang kompleks yakni untuk menggabungkan dua kehidupan individu menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dalam perjalanannya, saat menikah nanti individu akan dipenuhi dengan kebahagiaan sekaligus tantangan mengingat menikah adalah komitmen yang melibatkan berbagai aspek, mulai dari cinta dan kasih sayang hingga kerja sama dan pengertian yang mendalam. Pada kenyataannya, persiapan pernikahan seringkali terfokus pada aspek teknis seperti acara, bridesmaid, gaun, undangan, bahkan lokasi bulan madu. Padahal ada hal-hal yang harus diperhatikan untuk keintiman dan kesejahteraan jangka panjang kedua individu. Salah satunya adalah persiapan psikologis yang perlu diperhatikan dan akan berpengaruh terhadap kualitas rumah tangga kedepannya nanti. Menurut penelitian dari Itryah & Ananda (2023) salah satu faktor penyebab perceraian yakni situasi ketidaksiapan dalam membangun rumah tangga yang akan mengakibatkan perselisihan dan berujung perceraian. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan saat berumah tangga, maka diperlukan langkah-langkah persiapan mental ketika akan menikah.

    Pertama, langkah awal dan yang paling krusial yakni mengembangkan tingkat pemahaman diri yang mendalam, atau yang biasa disebut sebagai self-awareness. Self-awareness melibatkan pengenalan dan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, termasuk kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, harapan, dan tujuan hidup. Melalui self-awareness, seseorang dapat mengidentifikasi aspek-aspek dalam dirinya yang dapat menjadi kontributor positif atau bahkan penghambat dalam hubungan pernikahan. Contohnya, seseorang dengan hati lembut mungkin mudah terluka oleh komentar atau tindakan yang dianggap kasar atau kurang peka. Sensitivitas ini bisa menyebabkan konflik jika tidak dikelola dengan baik. Dengan self-awareness, individu dapat menyadari kecenderungan ini dan berusaha untuk mengkomunikasikan perasaan mereka dengan pasangan secara konstruktif, serta belajar untuk tidak mengambil hal-hal secara pribadi yang mungkin tidak dimaksudkan untuk menyakiti.

    Kedua, memperbaiki keterampilan komunikasi. Dalam pernikahan dibutuhkan komunikasi asertif. Temuan dari (Purba & Ruslianty, 2023) menjelaskan bahwa ditemukan dampak positif saat mengimplementasikan komunikasi asertif dalam konflik rumah tangga, dengan komunikasi asertif tidak ada lagi istilah arogan ataupun ingin menang sendiri saat berselisih paham dengan pasangan. Hal ini didukung oleh penelitian dari Obiemeka dkk (2021) yang berkesimpulan bahwa komunikasi asertif mempunyai kontribusi positif terhadap perubahan keharmonisan pernikahan. Komunikasi asertif ini meliputi kemampuan untuk mendengarkan secara aktif, mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan jujur, serta menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif sangat diperlukan dalam pernikahan. Tanpa komunikasi yang asertif, kesalahpahaman dan ketegangan bisa dengan mudah merusak keharmonisan hubungan. Selain itu, keterampilan komunikasi membantu pasangan untuk saling memahami dan mendukung satu sama lain dalam situasi sulit.

  • Study Abroad x Internship

    Study Abroad x Internship

    Dear Diary,

    This is Helen (20), 3rd year undergraduate pharmacy student. On my way to my final year in the September. Preparing all the research and sempro things at the moment. I am going to sharing my story. The untold story from my deepest heart. I believe everyone has their best year. And so i. Best year doesn’t mean all about success. Its about the progress to become the best version and find out your passion in this life.

    I think the part of myself about love to trying new things is not that bad. You can regret or sad when you failed. But, the worst case that is not trying. Now, i am here in Korea, living my new life. I take the risks and got the chance. You can call this as study exchange, study abroad, or international internship, or research assistant internship, or Rnd, anything. One thing for sure, i called this the Pandora box.

    I studied many things, learn valuable lessons, and build my new version. You can not feel this if you are not experiencing this. So, it’s not just about academic knowledge but also the life lesson. I got some quotes “it’s better you try, then you do not try” “now is now, today is today, if it’s bad day, then tomorrow you can just forget it, the important things, when you have bad days, you learn.” ” if you got the chance, use the environmental, all the circumstances, don’t waste it” ” its okay if you make mistake, you can try it again and do better next time” .

    It’s all about mindset. You must control yourself living in the environment you don’t know, everything is new. You have to explore all the things than just doing like what your normal self do. You need to push yourself hardly, and find you peace, your joy in the middle of stress or deppression. Academic and everything is exhausting if you not try to learn it properly.

    But, what u got is that the english skill and anything that you feel you are grow up.

    See you in another diary (Part 2)

  • Terapin 4 hal ini agar terbebas dari overthinking!

    Terapin 4 hal ini agar terbebas dari overthinking!

    Hi, Life learners!

    Buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring merupakan salah satu bacaan yang mampu mengubah cara pandang kita terhadap hidup. Buku ini memperkenalkan kita pada Stoicisme, sebuah filosofi Yunani kuno yang mengajarkan cara mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan. Berikut beberapa wawasan utama dari buku ini yang patut untuk kita renungkan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

     

    1. Dikotomi Kendali,Focus on What You Can Control

     

    First up, Stoicism menekankan pentingnya fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan. Seringkali, kita stres karena hal-hal yang di luar kendali kita, seperti cuaca atau tindakan orang lain. Di dalam buku ini kita belajar agar hidup selaras dengan alam, maksudnya adalah jangan pernah sesali segala sesuatu yang terjadi karena selaras dengan alam. stop buat mikirin hal-hal diluar kendali kita, just think we can control.

     

    1. Embrace Your Fate

    ‘Amor Fati,’ atau cintai takdir kita. Konsep ini mendorong kita untuk menerima dan bahkan mencintai segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita, baik atau buruk. Dengan menerima takdir kita, kita bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan dalam segala situasi.

     

    1. Control Your Emotions

    Stoicism also teaches us to control our emotions by changing our perspective.’Ketika sesuatu yang mengganggu terjadi, tanyakan pada diri sendiri: ‘Apakah ini benar-benar buruk, atau hanya dari perspektif kita aja nih?’ Dengan mengubah sudut pandang kita, kita bisa mengelola emosi negatif seperti marah dan cemas. metode ini disebut dengan S-T-A-R yaitu stop, Think dan asses, dan juga respond.

     

    1. Live Virtuously

     

    Hidup dengan kebajikan adalah prinsip utama lainnya. Ini berarti menjadi bijaksana, berani, adil, jujur dan disiplin. Dengan fokus pada kebajikan-kebajikan ini, kita bisa hidup dengan integritas dan kehormatan. Filosofi teras mengenal 3 disiplin ilmu yang harus terus menerus dilatih. Yaitu discipline of desire, discipline of action, discipline of assent.

     

    “Buku ‘Filosofi Teras’ karya Henry Manampiring menawarkan banyak wawasan berharga yang dapat membantu kita menjalani hidup dengan lebih tenang dan bahagia. Nah, dengan menerapkan prinsip-prinsip Stoicisme seperti fokus pada hal yang bisa dikendalikan, mencintai takdir, mengendalikan emosi, hidup dengan kebajikan, dan refleksi diri, kita bisa mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan sejati. Mari kita jadikan filosofi ini sebagai panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

  • Rekomendasi 3 Channel YouTube untuk Belajar Bahasa Inggris

    Rekomendasi 3 Channel YouTube untuk Belajar Bahasa Inggris

    3 Channel YouTube untuk Belajar Bahasa Inggris

    Belajar bahasa Inggris bisa jadi sebuah tantangan tersendiri, apalagi jika kita merasa bosan dengan metode belajar konvensional. Tapi, siapa sangka kalau YouTube bisa jadi sahabat terbaik kita dalam belajar bahasa asing ini? Di artikel ini, saya akan berbagi pengalaman pribadi tentang tiga channel YouTube yang menurut saya paling asik dan efektif untuk belajar bahasa Inggris.

    1. EngVid (English Video)
    EngVid adalah salah satu channel favorit saya sejak awal belajar bahasa Inggris. Channel ini menyediakan berbagai video yang diajarkan oleh beberapa pengajar yang berbeda, sehingga kita bisa memilih gaya mengajar yang paling cocok dengan kita.

    Kenapa saya suka EngVid:
    -Variasi Pengajar: Ada banyak pengajar seperti Ronnie, Adam, dan James yang masing-masing punya gaya dan kepribadian unik. Ini membuat belajar jadi tidak monoton.
    -Topik Beragam: Dari grammar, vocabulary, hingga tips praktis untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis.
    -Kualitas Materi: Setiap video diisi dengan materi yang mendalam namun tetap mudah dipahami, lengkap dengan contoh-contoh yang relevan.

    Saya ingat waktu pertama kali menonton video Ronnie tentang phrasal verbs. Penjelasannya yang penuh humor membuat saya mudah mengingat dan mengerti konsep yang sebelumnya sulit dipahami.

    2. Rachel’s English
    Rachel’s English adalah channel yang khusus membantu kita meningkatkan pelafalan dan kefasihan berbicara dalam bahasa Inggris Amerika. Rachel, sang pengajar, menggunakan metode yang sangat detail namun tetap menyenangkan untuk diikuti.

    Kenapa saya suka Rachel’s English:
    -Fokus pada Pelafalan: Rachel sangat fokus pada detail pelafalan, intonasi, dan ritme dalam berbicara bahasa Inggris.
    -Video Praktis: Banyak video yang memberikan latihan-latihan praktis yang bisa kita ikuti.
    -Interaktif dan Visual: Video-video Rachel sering menggunakan animasi dan visualisasi untuk menjelaskan bagaimana suara dihasilkan, yang sangat membantu pemahaman saya.

    Saya merasa pelafalan saya meningkat pesat setelah rutin menonton video Rachel. Saya jadi lebih percaya diri berbicara dalam bahasa Inggris karena tahu saya mengucapkannya dengan benar.

    3. BBC Learning English
    BBC Learning English menyediakan berbagai program yang dirancang khusus untuk pembelajar bahasa Inggris. Mereka menawarkan berbagai seri video yang berbeda, dari grammar, kosakata, hingga serial drama yang menyenangkan.

    Kenapa saya suka BBC Learning English:
    -Materi Berkualitas Tinggi: Sebagai bagian dari BBC, kualitas konten yang disajikan sangat tinggi dengan produksi yang profesional.
    -Beragam Format: Ada video pendek untuk belajar kosakata, serial drama untuk belajar percakapan sehari-hari, hingga video panjang yang membahas topik lebih mendalam.
    -Aksen British: Sebagai seseorang yang tertarik dengan aksen British, channel ini membantu saya memahami dan meniru aksen tersebut.

    Salah satu seri favorit saya adalah “The English We Speak,” yang memperkenalkan idiom dan frasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Gaya pembawaan yang ringan dan sering kali lucu membuat belajar jadi lebih menyenangkan.

    Belajar bahasa Inggris tidak harus membosankan dan penuh tekanan. Dengan bantuan tiga channel YouTube ini, proses belajar bisa menjadi lebih menyenangkan dan efektif. EngVid, Rachel’s English, dan BBC Learning English masing-masing menawarkan keunggulan yang bisa kita manfaatkan sesuai dengan kebutuhan kita. Jadi, ayo coba tonton dan rasakan sendiri manfaatnya!

  • Gabung organisasi di kampus, wajib gak sih?

    Gabung organisasi di kampus, wajib gak sih?

    Halo, namaku Febriyanti Eryana Putri mahasiswa semester 6 Universitas Singaperbangsa Karawang. Salah satu hal yang dulu paling aku takutkan dari perkuliahan adalah anak anak organisasi. Stigma kalau anak organisasi adalah mahasiswa mahasiswa yang Cuma mentingin relasi daripada kegiatan akademik agaknya sangat melekat di kepalaku. Begitupun mungkin yang tertanam di kepala kita karena maraknya film film indonesia yang menggambarkan betapa kejamnya masa orientasi mahasiswa baru oleh kakak tingkat yang sangat senioritas. Dulu, aku berfikir “apakah organisasi membentuk kita jadi senioritas? Apakah organisasi ini sebenarnya Cuma keren kerenan aja supaya ga malu malu banget kalo nilai kita anjlok”. Nyatanya, memang banyak mahasiswa yang tergabung ke organisasi dan mengganggu aktivitas akademiknya. Salah satu konten di tiktok yang pernah kutonton, memberi testimoni bahwa teman sekelasnya yang bergabung ke organisasi adalah mahasiswa yang mereka sebut “beban” karena hanya aktif di kelas tanpa pernah bergabung dalam kegiatan kerja kelompok.

    Aku pribadi tadinya enggan mengikuti organisasi di perkuliahan, aku sangat pasif dengan kegiatan diluar kelas hingga semster 3. Di semester 4, aku baru menyadari bahwa tidak ada salahnya mencoba bergabung ke dalam 1 organisasi dulu. Tentang bagaimana organisasi itu membentukku dan bagaimana aku dimata teman temanku nantinya, bisa diatasi selama aku mampu mempertanggung jawabkan keputusanku. Akhirnya aku memutuskan untuk tergabung dalam suatu organisasi di lingkup universitas bernama Forum Mahasiswa Bidikmisi dan KIP Kuliah Universitas Singaperbangsa Karawang atau disebut FORMADIKIP UNSIKA.

    Setelah tergabung di organisasi ini, aku membuang jauh jauh rasa takutku terhadap organisasi. Aku juga tidak lagi berfikir bahwa semua organisasi dapat membentuk seseorang menjadi senioritas dan tidak bertanggung jawab. Formadikip justru memberiku banyak pelajaran berharga. Lain kali, aku akan ceritakan seseru apa pengalamanku di FORMADIKIP UNSIKA.

    Saat tergabung di organisasi ini, aku mengikuti banyak kelas yang difasilitasi oleh organisasi diantaranya : kelas keorganisasian, pelajaran kebirokrasian, kelas critical thinking & problem solving, kelas desain, kelas kesekretariatan, pelatihan karya tulis ilmiah dan masih banyak lagi. Itu baru kelas kelas teoritis yang diajarkan, belum pelajaran pelajaran yang aku dapatlan dilapangan seperti ilmu menjadi panitia, leadership dan making decision.

    Di formadikip, aku menjabat sebagai sekretaris departemen. Sebagai seseorang yang belum memiliki pengalaman sebagai sekretaris dimanapun, aku seringkali kewalahan. Ditambah harus membagi tugas antara organisasi dan tugas tugas kuliah. Tapi tebak apa? Aku mampu melwati semua itu. Aku bahkan tetap mampu mengerjakan tugas kelompok sendirian. Meski tergabung ke organisasi, aku tetap mampu mempertahankan IPK-ku. Hal ini dikarenakan sebanyak apapun tugas yang aku dapatkan, formadikip tidak pernah memberiku tekanan. Meski tergabung ke organisasi, aku tahu betul bahwa prioritas utamaku berkuliah adalah belajar untuk mencari ilmu termasuk mengerjakan tugas tugas kuliah. Bahkan jika aku dihadapkan antara mengerjakan tugas kuliah atau mengerjakan tugas organisasi. Untungnya, aku tergabung di organisasi yang sangat memahami bahwa organisasi bukanlah prioritas utama. Biasanya mereka (para SC/Senior organisasi), memberikan keringanan berupa sedikit bantuan ataupun tenggat tugas yang diperpanjang.

    Tentu saja tidak semua organisasi seramah FORMADIKIP UNSIKA. Beberapa temanku ada yang mengeluh tentang betapa organisasinya sangat menjunjung tinggi senioritas dan memiliki birokarsi yang tidak jelas kemana alurnya.

    Jadi, apakah bergabung ke organisasi kampus wajibb atau tidak? Semuanya kembali ke dirimu sendiri. Pastikan kamu rmempelajari budaya di organisasi itu dengan bertanya pada teman temanmu yang pernah tergabung kesana. Lihat para pengurus organisasinya apakah kamu rasa kamu mampu seperti itu atau tidak. Dan tanyakan pada dirimu apakah kamu mampu bertanggung jawab nantinya atau tidak. Ada banyak cara untuk mengetahui apakah lingkungan organisasi yang ingin kamu masuki memiliki lingkungan yang sehat atau tidak. Semua pilihan ada ditanganmu.

    Lain kali, aku akan ceritakan seseru apa pengalamanku di FORMADIKIP UNSIKA.

  • YOU AN’T CHANGE PEOPLE AROUND YOU, BUT YOU CAN CHANGE PEOPLE AROUND YOU

    YOU AN’T CHANGE PEOPLE AROUND YOU, BUT YOU CAN CHANGE PEOPLE AROUND YOU

    Pernahkah kamu terjebak di lingkungan yang toxic? Lingkungan di mana orang-orangnya punya perilaku, sikap, atau budaya yang negatif dan merusak kesejahteraan orang-orang di dalamnya.

    Halo, namaku Febriyanti Eryana Putri mahasiswi semester 6 dari Universitas Singaperbangsa Karawang. Di Sharing Knowledge ini aku ingin membagikan hal hal seputar “toxic environment” yang bisa saja terjadi disekitar kita. Dan bagaimana cara menghindarinya? Yuk simak artikel ini.

    Seperti yang kutulis sebelumnya, lingkungan di mana orang-orangnya punya perilaku, sikap, atau budaya yang negatif dan merusak kesejahteraan orang-orang di dalamnya. Tapi bagaimana kita tahu bahwa kita sedang terjebak di lingkungan toxic itu? Berikut adalah beberapa contoh perilaku toxic berdasarkan pengalamanku :

    • Kritik yang Merusak

    Kritik yang tidak konstruktif, cenderung menyerang pribadi, merendahkan, atau menghina yang dapat membuat rasa percaya diri anjlok dan harga diri runtuh.

    • Gosip dan Rumor

    Lingkungan yang dipenuhi gosip dan rumor negatif. Ini membuat rasa aman dan nyaman menjadi hilang.

    • Persaingan Tidak Sehat

    Persaingan yang nggak sehat, di mana orang lebih suka menjatuhkan daripada saling mendukung untuk sama sama berkembang.

    • Kurangnya Dukungan

    Minim dukungan atau pengakuan terhadap prestasi dan usaha seseorang. Orang-orang di lingkungan ini lebih suka mengabaikan atau meremehkan pencapaian satu sama lain.

    • Manipulasi dan Kontrol

    Ada individu atau kelompok yang berusaha mengontrol atau memanipulasi orang lain buat keuntungan pribadi mereka. Biasanya, ini dilakukan dengan cara yang tidak adil atau nggak etis.

    • Ketidakadilan dan Diskriminasi

    Perlakuan yang tidak adil atau diskriminatif berdasarkan latar belakang, penampilan, atau preferensi pribadi.

    • Negativitas Berlebihan

    Atmosfer yang dipenuhi pesimisme, keluhan terus-menerus, dan pandangan negatif terhadap segala sesuatu yang membuat hilangnya energi dan semangat.

    • Kurangnya Empati dan Pengertian

    Ketidakmampuan atau ketidakmauan buat memahami atau merasakan perasaan dan perspektif orang lain. Ini menghambat komunikasi yang sehat dan saling pengertian.

    Lingkungan toxic bisa ada di mana aja, di sekolah, tempat kerja, komunitas, bahkan dalam hubungan personal. Dampaknya bisa sangat merugikan, mulai dari kesehatan mental dan emosional yang terganggu, hingga produktivitas dan semangat hidup yang turun.

    Tapi kan, kita tidak bisa mengubah orang orang disekitar kita? Bagaimana jika kita terlanjur ‘terjebak’ di lingkungan toxic itu? Itulah makna dari kutipan “You can’t change people around you, but you can change people around you”. Kamu pasti pernah mendengar kutipan itu setidaknya sekali dalam hidupmu. Makna dari kutipan itu adalah benar, kamu tidak bisa mengubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu. Cara mereka memandangmu, cara mereka pesimis satu sama lain, perilaku negative lingkungan yang perlahan mengikis semangatmu untuk maju, tidaklah mampu untuk kamu ubah. Tapi ada 1 yang bisa kamu ubah. Yap, LINGKUNGANMU. Kamu tidak bisa merubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu tapi kamu bisa ubah siapa yang ada di sekitarmu dengan masuk ke lingkungan yang lebih positif.

    Berdasarkan pengalamanku, meninggalkan lingkungan toxic dan mulai masuk ke lingkungan yang lebih positif bisa dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

    1. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu berada di lingkungan toxic. Akui dampak negatifnya terhadap kesehatan mental dan emosionalmu.
    2. Belajar untuk menetapkan batasan yang jelas dengan orang-orang yang toxic. Jangan takut untuk mengatakan “tidak” atau menjaga jarak dari mereka. Hal ini biasa disebut dengan istilah “Boundaries”.
    3. Temukan orang-orang yang mendukung dan peduli padamu. Bisa dari keluarga, teman dekat, atau bahkan komunitas baru yang punya minat yang sama.
    4. Jangan terlibat dalam drama atau gosip yang ada di lingkungan toxic. Fokus pada hal-hal positif dan produktif.
    5. Fokus pada pengembangan diri. Ikuti kegiatan yang kamu sukai, belajar hal baru, atau terlibat dalam proyek yang membuatmu merasa bersemangat.
    6. Jika memungkinkan, bicarakan masalahmu dengan orang-orang di lingkungan toxic tersebut. Kadang, mereka mungkin tidak menyadari dampak perilaku mereka.
    7. Mulailah mencari lingkungan baru yang lebih positif. Bergabung dengan klub, komunitas, atau organisasi yang sesuai dengan minatmu.
    8. Lakukan kegiatan yang bisa menjaga kesehatan mentalmu, seperti meditasi, olahraga, atau sekadar waktu untuk diri sendiri.
    9. Pertahankan sikap positif dan optimis. Percaya bahwa kamu layak mendapatkan lingkungan yang lebih baik dan orang-orang yang mendukungmu.
    10. Secara aktif cari dan jalin hubungan dengan orang-orang yang positif. Mereka akan memberimu energi, dukungan, dan inspirasi untuk berkembang.
    11. Selalu evaluasi kondisi lingkunganmu secara berkala. Pastikan kamu tetap berada di tempat yang mendukung dan membangun.

    Contohnya, jika kamu merasa lingkungan sekolah atau kampus terlalu toxic, coba untuk lebih aktif di organisasi atau komunitas yang sesuai dengan minat dan hobimu. Ini bisa jadi cara untuk bertemu orang-orang baru yang punya energi positif. Tidak mudah memang. Tapi perlu diingat, perubahan ini butuh waktu dan usaha, tapi dengan langkah-langkah yang konsisten, kamu bisa meninggalkan lingkungan toxic dan menemukan tempat yang lebih mendukung perkembangan dirimu.

  • IDRS Menjadi Melatih Kemandirian

    IDRS Menjadi Melatih Kemandirian

    Indonesia Roadshow atau salah satu tantangan yang harus terlaksanakan dari instarter.

    Hadirnya challange ini membuat diri semakin belajar untuk mandiri dan bertumbuh. Untuk menyelesaikan challange ini tidak hanya sekadar melatih kemandirian melainkan juga melatih kolaborasi yang bagus agar tantangan ini terpenuhi. Tidak menyangka bisa melaksanakan tantangan ini dan mengajak beberapa teman-teman yang belum menyelesaikan tantangan ini.

    Tantangan ini kolaborasi dan kerjasama dari teman-teman yang sangat bagus akhirnya kami bisa melaksanakan dan lokasi yang tepat kami pilih untuk menyelesaikan tantangan ini adalah SMAN 5 Yogjakarta. Terimakasih buat temen-temen yang sudah saling memabantu dalam menyelesaikan tantangan ini.

    Terimakasih instarter telah mengadakan tantangan ini yang menjadikan diri ini semakin yakin dalam mencapai sebuah tujuan. program ini juga mengajarkan tentang pentingnya mengembangkan dan mengekspolore diri untuk masa depan.

    Terimaksih

  • Novo Club sebagai Wadah Pemberdayaan Potensi Mahasiswa dalam Menyongsong Visi Indonesia Emas 2045 Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Novo Club sebagai Wadah Pemberdayaan Potensi Mahasiswa dalam Menyongsong Visi Indonesia Emas 2045”

    arenakan John berpendapat bahwa perusahaan dikatakan baik karena tidak hanya mementingkan keuntungan saja, tetapi juga memiliki kepedulian terhadap pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. 

    Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Novo Club sebagai Wadah Pemberdayaan Potensi Mahasiswa dalam Menyongsong Visi Indonesia Emas 2045”, Klik untuk baca:
    https://www.kompasiana.com/syafimahanggita26/64206094d3aa0f33ee63fea2/novo-club-sebagai-wadah-pemberdayaan-potensi-mahasiswa-dalam-menyongsong-visi-indonesia-emas-2045?page=all#section1

    Kreator: Syafimah Anggita

  • You can’t change people around you, but you can change people around you

    You can’t change people around you, but you can change people around you

    Pernahkah kamu terjebak di lingkungan yang toxic? lingkungan di mana orang-orangnya punya perilaku, sikap, atau budaya yang negatif dan merusak kesejahteraan orang-orang di dalamnya. Berikut adalah beberapa contoh perilaku toxic berdasarkan pengalamanku :

    • Kritik yang Merusak

    Kritik yang tidak konstruktif, cenderung menyerang pribadi, merendahkan, atau menghina yang dapat membuat rasa percaya diri anjlok dan harga diri runtuh.

    • Gosip dan Rumor

    Lingkungan yang dipenuhi gosip dan rumor negatif. Ini membuat rasa aman dan nyaman menjadi hilang.

    • Persaingan Tidak Sehat

    Persaingan yang nggak sehat, di mana orang lebih suka menjatuhkan daripada saling mendukung untuk sama sama berkembang.

    • Kurangnya Dukungan

    Minim dukungan atau pengakuan terhadap prestasi dan usaha seseorang. Orang-orang di lingkungan ini lebih suka mengabaikan atau meremehkan pencapaian satu sama lain.

    • Manipulasi dan Kontrol

    Ada individu atau kelompok yang berusaha mengontrol atau memanipulasi orang lain buat keuntungan pribadi mereka. Biasanya, ini dilakukan dengan cara yang tidak adil atau nggak etis.

    • Ketidakadilan dan Diskriminasi

    Perlakuan yang tidak adil atau diskriminatif berdasarkan latar belakang, penampilan, atau preferensi pribadi.

    • Negativitas Berlebihan

    Atmosfer yang dipenuhi pesimisme, keluhan terus-menerus, dan pandangan negatif terhadap segala sesuatu yang membuat hilangnya energi dan semangat.

    • Kurangnya Empati dan Pengertian

    Ketidakmampuan atau ketidakmauan buat memahami atau merasakan perasaan dan perspektif orang lain. Ini menghambat komunikasi yang sehat dan saling pengertian.

    Lingkungan toxic bisa ada di mana aja, di sekolah, tempat kerja, komunitas, bahkan dalam hubungan personal. Dampaknya bisa sangat merugikan, mulai dari kesehatan mental dan emosional yang terganggu, hingga produktivitas dan semangat hidup yang turun.

    Tapi kan, kita tidak bisa mengubah orang orang disekitar kita? Bagaimana jika kita terlanjur ‘terjebak’ di lingkungan toxic itu? Itulah makna dari kutipan “You can’t change people around you, but you can change people around you”. Kamu pasti pernah mendengar kutipan itu setidaknya sekali dalam hidupmu. Makna dari kutipan itu adalah benar, kamu tidak bisa mengubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu. Cara mereka memandangmu, cara mereka pesimis satu sama lain, perilaku negative lingkungan yang perlahan mengikis semangatmu untuk maju, tidaklah mampu untuk kamu ubah. Tapi ada 1 yang bisa kamu ubah. Yap, LINGKUNGANMU. Kamu tidak bisa merubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu tapi kamu bisa ubah siapa yang ada di sekitarmu dengan masuk ke lingkungan yang lebih positif.

    Berdasarkan pengalamanku, meninggalkan lingkungan toxic dan mulai masuk ke lingkungan yang lebih positif bisa dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

    1. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu berada di lingkungan toxic. Akui dampak negatifnya terhadap kesehatan mental dan emosionalmu.
    2. Belajar untuk menetapkan batasan yang jelas dengan orang-orang yang toxic. Jangan takut untuk mengatakan “tidak” atau menjaga jarak dari mereka. Hal ini biasa disebut dengan istilah “Boundaries”.
    3. Temukan orang-orang yang mendukung dan peduli padamu. Bisa dari keluarga, teman dekat, atau bahkan komunitas baru yang punya minat yang sama.
    4. Jangan terlibat dalam drama atau gosip yang ada di lingkungan toxic. Fokus pada hal-hal positif dan produktif.
    5. Fokus pada pengembangan diri. Ikuti kegiatan yang kamu sukai, belajar hal baru, atau terlibat dalam proyek yang membuatmu merasa bersemangat.
    6. Jika memungkinkan, bicarakan masalahmu dengan orang-orang di lingkungan toxic tersebut. Kadang, mereka mungkin tidak menyadari dampak perilaku mereka.
    7. Mulailah mencari lingkungan baru yang lebih positif. Bergabung dengan klub, komunitas, atau organisasi yang sesuai dengan minatmu.
    8. Lakukan kegiatan yang bisa menjaga kesehatan mentalmu, seperti meditasi, olahraga, atau sekadar waktu untuk diri sendiri.
    9. Pertahankan sikap positif dan optimis. Percaya bahwa kamu layak mendapatkan lingkungan yang lebih baik dan orang-orang yang mendukungmu.
    10. Secara aktif cari dan jalin hubungan dengan orang-orang yang positif. Mereka akan memberimu energi, dukungan, dan inspirasi untuk berkembang.
    11. Selalu evaluasi kondisi lingkunganmu secara berkala. Pastikan kamu tetap berada di tempat yang mendukung dan membangun.

    Contohnya, jika kamu merasa lingkungan sekolah atau kampus terlalu toxic, coba untuk lebih aktif di organisasi atau komunitas yang sesuai dengan minat dan hobimu. Ini bisa jadi cara untuk bertemu orang-orang baru yang punya energi positif. Tidak mudah memang. Tapi perlu diingat, perubahan ini butuh waktu dan usaha, tapi dengan langkah-langkah yang konsisten, kamu bisa meninggalkan lingkungan toxic dan menemukan tempat yang lebih mendukung perkembangan dirimu.

  • You can change people around you, but you can change people around you

    You can change people around you, but you can change people around you

    Pernahkah kamu terjebak di lingkungan yang toxic? lingkungan di mana orang-orangnya punya perilaku, sikap, atau budaya yang negatif dan merusak kesejahteraan orang-orang di dalamnya. Berikut adalah beberapa contoh perilaku toxic berdasarkan pengalamanku :

    • Kritik yang Merusak

    Kritik yang tidak konstruktif, cenderung menyerang pribadi, merendahkan, atau menghina yang dapat membuat rasa percaya diri anjlok dan harga diri runtuh.

    • Gosip dan Rumor

    Lingkungan yang dipenuhi gosip dan rumor negatif. Ini membuat rasa aman dan nyaman menjadi hilang.

    • Persaingan Tidak Sehat

    Persaingan yang nggak sehat, di mana orang lebih suka menjatuhkan daripada saling mendukung untuk sama sama berkembang.

    • Kurangnya Dukungan

    Minim dukungan atau pengakuan terhadap prestasi dan usaha seseorang. Orang-orang di lingkungan ini lebih suka mengabaikan atau meremehkan pencapaian satu sama lain.

    • Manipulasi dan Kontrol

    Ada individu atau kelompok yang berusaha mengontrol atau memanipulasi orang lain buat keuntungan pribadi mereka. Biasanya, ini dilakukan dengan cara yang tidak adil atau nggak etis.

    • Ketidakadilan dan Diskriminasi

    Perlakuan yang tidak adil atau diskriminatif berdasarkan latar belakang, penampilan, atau preferensi pribadi.

    • Negativitas Berlebihan

    Atmosfer yang dipenuhi pesimisme, keluhan terus-menerus, dan pandangan negatif terhadap segala sesuatu yang membuat hilangnya energi dan semangat.

    • Kurangnya Empati dan Pengertian

    Ketidakmampuan atau ketidakmauan buat memahami atau merasakan perasaan dan perspektif orang lain. Ini menghambat komunikasi yang sehat dan saling pengertian.

    Lingkungan toxic bisa ada di mana aja, di sekolah, tempat kerja, komunitas, bahkan dalam hubungan personal. Dampaknya bisa sangat merugikan, mulai dari kesehatan mental dan emosional yang terganggu, hingga produktivitas dan semangat hidup yang turun.

    Tapi kan, kita tidak bisa mengubah orang orang disekitar kita? Bagaimana jika kita terlanjur ‘terjebak’ di lingkungan toxic itu? Itulah makna dari kutipn “You can change people around you, but you can change people around you”. Kamu pasti pernah mendengar kutipan itu setidaknya sekali dalam hidupmu. Makna dari kutipan itu adalah benar, kamu tidak bisa mengubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu. Cara mereka memandangmu, cara mereka pesimis satu sama lain, perilaku negative lingkungan yang perlahan mengikis semangatmu untuk maju, tidaklah mampu untuk kamu ubah. Tapi ada 1 yang bisa kamu ubah. Yap, LINGKUNGANMU. Kamu tidak bisa merubah ‘perilaku’ orang orang disekitarmu tapi kamu bisa ubah siapa yang ada di sekitarmu dengan masuk ke lingkungan yang lebih positif.

    Berdasarkan pengalamanku, meninggalkan lingkungan toxic dan mulai masuk ke lingkungan yang lebih positif bisa dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

    1. Langkah pertama adalah menyadari bahwa kamu berada di lingkungan toxic. Akui dampak negatifnya terhadap kesehatan mental dan emosionalmu.
    2. Belajar untuk menetapkan batasan yang jelas dengan orang-orang yang toxic. Jangan takut untuk mengatakan “tidak” atau menjaga jarak dari mereka. Hal ini biasa disebut dengan istilah “Boundaries”.
    3. Temukan orang-orang yang mendukung dan peduli padamu. Bisa dari keluarga, teman dekat, atau bahkan komunitas baru yang punya minat yang sama.
    4. Jangan terlibat dalam drama atau gosip yang ada di lingkungan toxic. Fokus pada hal-hal positif dan produktif.
    5. Fokus pada pengembangan diri. Ikuti kegiatan yang kamu sukai, belajar hal baru, atau terlibat dalam proyek yang membuatmu merasa bersemangat.
    6. Jika memungkinkan, bicarakan masalahmu dengan orang-orang di lingkungan toxic tersebut. Kadang, mereka mungkin tidak menyadari dampak perilaku mereka.
    7. Mulailah mencari lingkungan baru yang lebih positif. Bergabung dengan klub, komunitas, atau organisasi yang sesuai dengan minatmu.
    8. Lakukan kegiatan yang bisa menjaga kesehatan mentalmu, seperti meditasi, olahraga, atau sekadar waktu untuk diri sendiri.
    9. Pertahankan sikap positif dan optimis. Percaya bahwa kamu layak mendapatkan lingkungan yang lebih baik dan orang-orang yang mendukungmu.
    10. Secara aktif cari dan jalin hubungan dengan orang-orang yang positif. Mereka akan memberimu energi, dukungan, dan inspirasi untuk berkembang.
    11. Selalu evaluasi kondisi lingkunganmu secara berkala. Pastikan kamu tetap berada di tempat yang mendukung dan membangun.

    Contohnya, jika kamu merasa lingkungan sekolah atau kampus terlalu toxic, coba untuk lebih aktif di organisasi atau komunitas yang sesuai dengan minat dan hobimu. Ini bisa jadi cara untuk bertemu orang-orang baru yang punya energi positif. Tidak mudah memang. Tapi perlu diingat, perubahan ini butuh waktu dan usaha, tapi dengan langkah-langkah yang konsisten, kamu bisa meninggalkan lingkungan toxic dan menemukan tempat yang lebih mendukung perkembangan dirimu.