Blog

  • Seni Bersyukur dan Beribadah

    Seni Bersyukur dan Beribadah

    Tahun 2023 sudah berlalu, tapi saya menyadari bahwa tahun tahun yang telah kita lewati menjadikan kita yang hari ini. Saya menyadari bahwa saya bukanlah anak yang sangat berprestasi atau mendapat berbagai penghargaan. Dulu saya selalu membandingkan pencapaian diri saya dengan orang lain. Ternyata hal ini memperngaruhi cara saya beribadah dan cara saya bersyukur. Dimana saya sulit menerima kenyataan dari berbagai kegagalan yang saya alami. Suatu saat teman saya meminta saya untuk menjadi pengajar anak-anak panti dalam suatu tugasnya. Saat itu saya merasa bahwa hal ini mungkin akan menyenangkan untuk mengusir bosan dikala itu, karena ini pertama kalinya bagi saya harus mengajar anak-anak. Tetapi ketika saya melihat mereka yang saling berbagi ditengah keadaan dimana sebenarnya mereka juga tidak berkelebihan dan ketika saya mendengarkan doa dari anak-anak tersebut saya berpikir pernahkah saya sebegitu mensyukuri hari yang saya jalani tanpa meminta dengan mendesak Tuhan Yang Kuasa untuk mengabulkan doa saya. Dari sana saya belajar bagaimana caranya bersyukur dan mulai menyadari bahwa sebenarnya saya dikelilingi orang hebat yang mau membantu saya dan menasehati saya apabila saya salah. Ada dua hal yang pernah saya dengar dari seseorang yang menjadikan saya yang sekarang. Yang pertama tentukan tujuan hidup mu sehingga kamu tidak lagi menyalahkan diri mu ketika kamu melihat pencapaian orang lain dan yang kedua adalah ibadah dan kerja keras itu harus dipaksakan, karena kamu tidak akan pernah merasakan syukur jika kamu tidak bersusah payah.
    Agnes_UPNVJT

  • Pemberdayaan UMKM Desa Sukarapih

    Pemberdayaan UMKM Desa Sukarapih

    Sosialisasi mengenai sertifikat halal dan digital marketing telah dilalukan di desa Sukarapih oleh mahasiswa KKN Universitas Siliwangi. Saya Ladya Khoerunisa ikut serta dalam kegiatan pemberdayaan UMKM Desa Sukarapih dengan memberikan materi mengenai digital marketing.
    Desa Sukarapih merupakan desa yang memiliki UMKM baik mendistribusikan produk atau memanfaaatkan jasanya, karena Desa Sukarapih ini di kelilingi oleh 13 pesantren sehingga peluang untuk memajukan ekonomi sangat tinggi, mulai dari menjual makanan bagi para santri dan membuka layanan loundry menjadi keuntungan besar di wilayah tersebut. Namun bagi beberapa UMKM yang mendistribusikan makanan, para pedangang belum memahami pentingnya label halal pada produk dan juga pemilikan sertifikasi halal, padahal pedagang seharusnya lebih paham dengan adanya hal tersebut. Selain itu, beberapa UMKM belum paham mengenai pemasaran secara digitalisasi. Banyak pedagang memiliki sosial media, namun belum paham bagaimana cara memasarkan produk melalui digital.
    Tujuan diadakannya kegiatan ini adalah Tujuan nya untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat desa Sukarapih dalam penting nya serifkasi halal sesuai regulasi pemerintah yang termaktub dalam UU No 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal. Selain itu tujuan dari adanya digital marketing adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait perkembangan digitalisasi di dunia usaha agar lebih memudahkan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.
    Sosialisasi mengenai sertifikat halal telah dilakukan pada yanggal 28 Desember 2023, setelah itu kami melakukan pendampingan kepada para UMKM untuk membuat NIB (Nomor Induk Berwirausaha) dan pendaftaran sertifikat halal. Terdapat 12 UMKM yang kami bantu untuk pembuatan NIB dan juga kami melakukan pendampingan UMKM dengan memberikan edukasi mengenai digital marketing serta pembuatan banner bagi para pelaku usaha.
    UMKM di Desa Sukarapih tentunya memiliki ilmu dan wawasan yang jelas terkait sertifikat halal dan digital marketing, para pelaku usaha sudah mulai mencari tahu bahkan memulai usahanya melalui media sosial. Kegiatan ini merupakan titik awal untuk peningkatan UMKM di Desa Sukarapih yang kedepannya menjadi desa wisata religi.

  • Failing Does Not Mean Giving Up And It Is Forbidden To Give Up Before I Succeed

    Failing Does Not Mean Giving Up And It Is Forbidden To Give Up Before I Succeed

    Failing Does Not Mean Giving Up And It Is Forbidden To Give Up Before I Succeed

     

    Oleh :Esra Julita BR PA

    Asal Instansi:Universitas Negeri Medan

    Halo aku Esra seorang mahasiswi dari Universitas Negeri Medan dengan program studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan .Sejak awal kuliah esra telah aktif mengikuti kegiatan volunteer ,webinar dan seminar maupun bootcamp sehingga membuat saya memiliki segudang pengalaman dan prestasi baik dari akademik maupun non akademik

    Setiap orang tentu saja pernah mengalami sebuah kegagalan dan  hal tersebut yang saya alami ditahun 2021 silam dimana aku pernah gagal dijalur SNMPTN,SBMPTN,setelah dua kali  gagal saya berhasil lulus dijalur mandiri Universitas Negeri Medan dengan jurusan Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dan jurusan tersebut bukanlah jurusan yang aku inginkan, namun saya belajar untuk menerima segala kegagalan itu dengan ikhlas dan berusaha untuk bangkit dari keputusasaan yang pernah saya alami.

    Ketika pertama kali menginjakkan kaki dikampus impian saya ,maka disaat itulah petualang saya dimulai ,sejak maba saya telah aktif mengikuti  berbagai kegiatan baik itu volunteer  ,campaign ,ajang duta hingga menjadi Ambassador diberbagai komunitas .

    Dan tahun 2021 silam saya berhasil lulus program pertukaran mahasiswa merdeka  batch 2  di Universitas Negeri Gorontalo selama kurang lebih 4,5 bulan saya menjadi  mahasiswa PMM,selama PMM kesan spesifik yang saya dapatkan dalam mengikuti kegiatan PMM 2 Universitas Negeri Gorontalo yaitu saya mendapatkan ilmu pengetahuan tidak hanya secara akademik. Tetapi secara non akademik saya belajar banyak mengenai banyak hal seperti bagaimana berkomunikasi dengan saling menghargai dan berempati terhadap berbagai perbedaan seperti suku, agama, ras, dan budaya. Selain itu, di dalam progam ini, kami didukung penuh baik itu secara akademik, non akademik, finansial, dan emosional dari seorang dosen Modul Nusantara yang sangat luar biasa, beserta seluruh civitas akademika Universitas Negeri Gorontalo.

    Dan kegagalan yang pernah saya alami membuat saya berhasil meraih berbagai prestasi dan membuat saya jadi lebih baik dari sebelumnya.Sekarang saya lebih fokus terhadap penguatan skill ,menurut saya  pendidikan juga dapat mengembangkan bakat seseorang sampai pada tingkat optimal dalam batas hakikat individu, dengan tujuan untuk menciptakan manusia berilmu dan berakhlak dalam pengembangannya kemasyarakat sehingga mampu mencapai martabat kehidupan yang jauh lebih tinggi. Pendidikan adalah suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari dalam diri manusia itu sendiri.Hal tersebut lah yang membuat saya tertarik menjadi seorang guru .

    Saya aktif berkontribusi dengan beberapa tim komunitas dalam bidang non akademik dan memanfaatkan kesempatan yang ada  sebaik mungkin dalam mengenyam dunia  pendidikan serta mewujudkan indonesia emas tahun 2045 dengan lahirnya para generasi muda yang inspiratif dan mampu berfikir secara kritis .Oleh karena itu saya  selalu siap berkontribusi menjadi bagian Agent Of Change.

    Dikarenakan sebagai generasi bangsa sudah sepatut nya saya menjadi sosok yang dapat menginspirasi banyak orang dengan perjalanan dan kisah hidup saya dalam berjuang untuk meraih kesuksesan ,dikarenakan usaha tidak akan mengkhianati sebuah hasil jika bersungguh -sungguh maka hasilnya pun sangat memuaskan dan jika gagal maka bangkitlah karena ada banyak menuju roma dan ganti strateginya bukan mimpinya .Oleh karena itu sosok inspirasi sangat berperan aktif dalam pencapaian seseorang ,dengan melihat orang yang lebih produktif dan kaya akan prestasi maka seseorang tersebut akan terikut arah yang sama secara tidak langsung akan menjadi lebih produktif lagi dan tidak pemalas lagi dari sebelumnya karena pergaulan akan menentukan bagaimana kamu kedepannya.

    Dalam proses mencapai kesuksesan, keputusasaan dan kegagalan merupakan  pelajaran berharga yang membawa seseorang lebih dekat menuju tujuan kesuksesan mereka. Dengan melihat kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan maka seseorang tersebut akan memiliki tekad yang kuat untuk terus maju dalam mencapai sebuah kesuksesan . Dari setiap kegagalan, seseorang dapat mengevaluasi apa yang kurang dari dirinya dan menggunakan pengalaman tersebut untuk menciptakan strategi yang lebih baik di masa depan. Dengan demikian, kegagalan dapat menjadi landasan untuk membangun kesuksesan yang lebih besar. Buat kamu yang pernah merasa gagal, ayo lebih semangat lagi dalam mewujudkan impian itu menjadi nyata, karena akan banyak kesempatan luar biasa yang menunggu kamu diluar sana,Ingatlah bahwa kegagalan bukan akhir segalanya melainkan kesempatan untuk belajar lebih baik. 💗🌷

     

  • Limbah Cair Pembuatan Tepung Tapioka Cemari Sungai Bahkan Laut

    Limbah Cair Pembuatan Tepung Tapioka Cemari Sungai Bahkan Laut

    Indonesia adalah negara yang kaya dalam hal agrikultur. Kekayaan agrikultur ini
    memungkinkan berkembangnnya industri yang bergerak dibidang agrikultur dengan peluang
    yang besar. Salah satunya industri tepung tapioka, industri ini mengolah singkong atau umbi
    kayu hingga didapatkan pati yang kemudian dikeringkan untuk menjadi tepung. Tepung pati
    singkong inilah yang biasa kita kenal dengan tepung tapioka. Salah satu contoh lahan singkong
    terbesar terdapat di Kabupaten Pati dengan luas lahan 15.319 ha atau 25,83% dari total lahan
    kecamatan tersebut. Dalam proses produksinya kebanyakan industri ini membuang limbah cair
    yang dihasilkan langsung ke sungai tanpa melalui pengolahan sebelumnya. Hal ini tentunya
    akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitarnya. Untuk mengolah 1 ton umbi kayu
    diperlukan air 6 – 9 m3
    (Damayanti et al., 2021), hal ini berarti industri ini membutuhkan
    sumber daya air dalam jumlah yang besar. Air limbah hasil pemrosesan tepung ini seringkali
    tidak diolah sebelum dibuang ke Sungai sehingga menyebabkan pencemaran. Bahkan di Desa
    Bulu Manis Kidul air laut sekitar juga tercemar limbah ini. Air hasil pencucian dan penggilingan
    tepung tapioka ini mengandung bahan organik tinggi berupa pati singkong yang terbawa aliran
    air. Dampak pencemaran limbah tapioka adalah tingginya kadar TSS, COD, BOD, dengan pH
    yang rendah serta sedikit kandungan sianida yang meracuni biota sekitar sungai, terutama
    Sungai dengan bidang pertambakan yang berakibat pada matinya hewan ditambak. Selain itu
    juga dapat meningkatkan penyakit kulit pada masyarakat dan menimbulkan bau tidak sedap
    serta tempat berkembangnya mikroba patologi. Menurut Damayanti et al., 2021, terdapat
    beberapa cara untuk menanggulangi limbah cair tapioka ini yaitu dengan pengolahan terlebih
    dahulu sebelum dibuang ke sungai. Ada beberapa cara diantaranya membran ultrafiltrasi, sistem
    ABR (Anaerobic Baffled Reactor), sistem UAF (Upflow Anaerobic Filter), fotokatalis,
    fitoremediasi dan Sequencing Batch Reactor (SBR).
    Studi Literatur
    Damayanti, H. O., Husna, M., & Harwanto, D. (2021). Limbah Cair Tapioka, Pencemaran,
    dan Teknik Pengolahannya. Jurnal Litbang: Media Informasi Penelitian, Pengembangan Dan
    IPTEK, 17(1), 73–84. https://doi.org/10.33658/jl.v17i1.222
    https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211005102454-20-703466/warga-karawangngalengis-pabrik-tapioka-ditutup-sementara
    https://www.newspatroli.com/jawa-timur/bau-limbah-pabrik-tepung-tapioka-di-tajug-simandikeluhkan-warga-beberapa-desa/

  • Ekofeminisme: Perjuangan dalam Melepas Belenggu Patriarki dan Eksploitasi Alam

    Ekofeminisme: Perjuangan dalam Melepas Belenggu Patriarki dan Eksploitasi Alam

    Krisis ekologi dan iklim yang sedari dulu terjadi, tidak terlepas dari kerakusan manusia yang hidup di Bumi. Kerakusan tersebut berakar dari kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya sendiri, alam, dan keterkaitan antara keduanya. Segala aktivitas manusia memang pasti akan selalu mengorbankan alam, akan tetapi aktivitas tersebut pada dasarnya bisa direduksi dengan cara pandang yang benar dan tidak harus berpusat pada pengorbanan alam. Oleh karena itu, hal fundamental agar alam ini membaik adalah mengubah cara pandang manusia adalah melakukan aktivitas yang terutama bermuara kepada eksploitasi alam. Dalam hal ini, maka ekofeminisme menawarkan suatu konsep yang dapat mendobrak dan memutus rantai pelanggengan eksploitasi alam, terutama juga yang berpandangan pada penindasan atas kehidupan perempuan.

    Cara Pandang Lahirnya Ekofeminisme
    Bahasan ekofeminisme menjadi bahasan yang kompleks untuk ditelaah. Ekofeminisme sendiri merupakan salah satu cabang dari feminisme. Feminisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berorientasi pada mempersoalkan, mempertanyakan, dan menggugat cara pandang yang berpusat pada maskulin dan patriarki. Dalam kata lain, feminisme mendobrak batasan-batasan yang menyebabkan segala penindasan terjadi terhadap para perempuan yang dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai tendensi anggapan relasi kuasa dan dominasi yang tinggi. Dalam konteks bahasan ini, maka adanya krisis ekologi erat kaitannya dengan perempuan yang juga secara bersamaan tertindas oleh kaum-kaum patriarki. Ekofeminisme sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Francoise d’Eaubonne dalam bukunya yang berjudul Le Feminisme Ou La Mort. Buku tersebut berisi mengenai gerakan perempuan dalam penyelamatan Bumi. Pada tahun 1975, Rosemary Radford Ruether, yaitu seorang cendekiawan feminis Amerika, mengungkapkan lewat tulisannya, bahwa tidak akan ada solusi terhadap krisis ekologi di masyarakat yang kaitan fundamentalnya adalah dominasi. Oleh karena itu, untuk menghancurkan dominasi tersebut, perempuan harus secara kolektif menyatukan kekuatan untuk menentang dan melawan segala bentuk diskriminasi dan penindasan dengan gerakan ekologi untuk mencapai pembebasan dan dengan tujuan menyelamatkan Bumi dari krisis ekologi. Dalam hal ini, para perempuan dan cendekiawan pada bidang ekologi kemudian melihat keterkaitan antara kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan sama dengan eksploitasi terhadap Bumi dan segala sumber daya alamnya oleh kaum patriarki dengan ekonomi kapitalisme yang menghancurkan. Dalam hal ini juga, menurut pemikiran patriarki, bahwa perempuan dan Bumi adalah objek yang bisa dieksploitasi. Sehingga dari narasi tersebut lahirlah gerakan ekofeminisme, dengan demikian hal ini seirama dengan apa yang dijadikan bahasan pada buku karya Francoise d’Eaubonne.

    Menyoal Keterkaitan Perempuan dan Alam
    Perempuan selalu disandingkan dan diasosiasikan dengan alam. Hal ini bisa dilihat dari ragam terminologi yang kita kenal di Indonesia seperti dalam penyebutan tanah air (Bumi) dan peristilahan ibu pertiwi yang mempunyai sifat feminitas. Hal tersebut tidak mengherankan bahwa masyarakat Indonesia dibentuk oleh kerangka patriarki, yang memberikan legitimasi pada dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga muncul istilah-istilah perempuan yang disandingkan dengan alam. Dalam konteks ini, Karen J. Warren mengungkapkan kerangka kerja androsentrisme. Androsentrisme sendiri berarti suatu cara pandang dan perilaku yang mengutamakan dominasi dan eksploitasi terhadap alam yang berpusat pada laki-laki. Adapun isi kerangka kerjanya, yaitu berpikir tentang nilai-hierarkis (semisal adanya ‘atas-bawah’), terus adanya dualisme nilai yang berarti bahwa adanya hal dalam melakukan penilaian moral secara dualistis (seperti laki-laki ditandingkan dengan perempuan dan manusia ditandingkan dengan alam), serta terakhir adanya penekanan pada logika-dominasi, contohnya argumentasi yang membenarkan subordinasi. Namun, pada faktanya perempuan memang akan selalu ‘di-alam-kan’ dan ‘di-feminim-kan’, seperti halnya ada istilah, dikuasai, digarap, dan dieksploitasi. Istilah-istilah tersebut digunakan dalam keterkaitannya dengan alam, seperti hutan yang dieksploitasi, tanah yang digarap, dan Bumi yang dikuasai. Sehingga kita tidak bisa menyangkal, bahwa perempuan dan alam memiliki keterkaitan, yaitu sama-sama ditindas oleh kaum patriarki atau mereka yang selalu menggunakan atribut maskulin. Selain itu, mengingat bahwa alam bersifat pasif, non-subjek, dan hanya sekedar memberi selalu dikaitkan dengan insting maternal dalam konsep ibu Bumi, yang juga sering disandingkan dengan Bumi yang melahirkan berbagai peradaban begitu pula perempuan yang melahirkan manusia untuk mengubahan suatu peradaban. Dan hal tersebut jelas pemaknaannya berkaitan dengan perempuan dan alam. Selain itu, jika dilihat dalam kacamata lain, misal jika terjadi kekeringan akibat bencana alam, maka perempuan adalah korban pertama, karena akan susah mendapatkan kebutuhan air bersih untuk menstruasi dan kebutuhan rumah tangga dan penggunaan kesehariannya. Pada akhirnya, ekofeminisme akan selalu menyoal tentang kedekatan perempuan dan alam, karena mengingat ekofeminisme adalah perlawanan atas eksploitasi alam dan pelanggengan sistem patriarki.

    Perjuangan Gerakan Ekofeminisme Sebagai Bentuk Perlawanan
    Bicara ekofeminisme berarti bicara perlawanan atas ketertindasan perempuan dan alam. Seperti dijelaskan di awal, bahwa ekofeminisme lahir untuk menentang segala bentuk diskriminasi yang bermuara pada penyelamatan Bumi. Dalam hal ini, saya akan mencoba memberi contoh realistis bentuk-bentuk dari perjuangan ekofeminisme di masa lalu dan masa sekarang melalui lensa global dan nasional. Dalam lensa global kita bisa melihat perjuangan ekofeminisme dari perempuan-perempuan di India. Dari dahulu bangsa di India sangat menggantungkan hidupnya pada hutan. Bagi perempuan, mereka dapat menemukan ragam sumber daya alam yang ada di hutan untuk kebutuhan sehari-hari, pakan ternak, bahkan bahan bakar. Alhasil, hutan adalah segala-galanya bagi mereka. Pada tahun 1974, Gaura Devi, seorang perempuan yang berasal dari desa Lata memimpin puluhan perempuan lainnya di desa Reni, bagian India Utara untuk menghentikan penebangan pohon yang dilakukan para kontraktor perusahaan-perusahaan ekstraktivisme dengan cara memeluk pohon-pohon tersebut. Mereka bertahan selama berhari-hari untuk memeluk dan menjaga pohon-pohon tersebut, sampai pada akhirnya para kontraktor menyerah dan meninggalkan kawasan tersebut. Gerakan ini berhasil menyelamatkan sebanyak 12.000 km hutan. Dan pasca gerakan tersebut berlangsung, pemerintah negara India membentuk sebuah komite untuk menginvestigasi deforestasi di wilayah tersebut dan membuat larangan terkait dengan penebangan komersial di daerah tersebut. Apa yang dilakukan oleh para perempuan di desa Reni, India tersebut dinamakan dengan gerakan chipko yang dalam bahasa Hindi berarti ‘memeluk’. Gerakan ini selain berhasil melakukan pengusiran para kontraktor, tetapi juga berhasil untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah agar pro lingkungan. Gerakan chipko ini merupakan salah satu bentuk perjuangan ekofeminisme yang dilakukan oleh perempuan dalam menyelamatkan Bumi. Di Indonesia sendiri perjuangan ekofeminisme banyak ditemui, salah satunya bentuk perlawanan yang dilakukan oleh para perempuan di Kendeng, Jawa Timur terhadap pembangunan yang menindas dan merugikan. AWal mula konflik terjadi pada saat adanya rencana pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di desa Sukolilo, Pati Utara, Jawa Tengah. Namun, warga Sukolilo menolak adanya pembangunan pabrik semen tersebut, karena akan merusak lingkungan sekitar. Oleh karena itu, masyarakat Desa Sukolilo mengadakan aksi demonstrasi dan menggugat PT Semen Indonesia tentang menolak pembangunan pabrik semen tersebut. Sampai pada akhirnya di tahun 2009, warga Desa Sukolilo memenangkan gugatan di Mahkamah Agung yang membuat PT Semen Indonesia gagal untuk melakukan pembangunannya. Lalu, pada tahun 2009 PT Semen Indonesia mengalihkan rencana pembangunannya ke daerah Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya di Kecamatan Gunem, Pegunungan Kendeng, Rembang. Namun, Warga Kendeng juga menolak adanya pembangunan tersebut, karena dinilai dapat mengganggu cekungan air tanah (CAT) yang menjadi sandaran warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, terutama perempuan yang juga mencari bahan-bahan pokok dari alam. Selain itu, Selain itu, kaki Pegunungan Kendeng merupakan tempat tinggal bagi orang Samin yang menggantungkan seluruh kehidupannya pada alam, tentu saja jika pembangunan dilakukan akan merusak ekosistem alam di daerah tersebut. Pada tahun 2016 sebanyak 9 petani perempuan Kendeng menyemen kakinya di depan Istana Negara, hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas rencana pembangunan pabrik semen yang dapat merusak pegunungan/karst kendeng tersebut. Bentuk protes yang dilakukan oleh para perempuan Kendeng ini juga merupakan perjuangan ekofeminisme untuk menyelamatkan alam dan manusia. Dari kedua contoh gerakan ekofeminisme tersebut dapat kita lihat, bahwa pada dasarnya gerakan ekofeminisme adalah perjuangan nir-kekerasan yang percaya, bahwa aksi damai yang dilakukan karena alasan etis dan kepercayaan atas kekuatan kolektif, serta bertujuan untuk menjadikan lawan menjadi kawan demi kepentingan kolektif untuk terhindarnya krisis ekologi.

    Kesimpulan
    Pada akhirnya ekofeminisme merupakan suatu cara pandang kita dalam memperjuangkan dan melawan segala bentuk eksploitasi terhadap alam dan diskriminasi perempuan dengan melanggengkannya sistem patriarki. Ekofeminisme cukup sesederhana yang biasa ibu kita lakukan ketika pagi hari, yaitu menyiram tanaman atau pohon di depan rumah atau juga mencoba bercocok tanam dengan merawat tumbuhan secara berkelanjutan. Di akhir bacaan ini, saya mengambil salah satu kutipan bagus dari Mama Aleta Baun yang juga seorang aktivis perempuan dari Nusa Tenggara Timur yang menentang penambangan marmer di NTT dengan menenun. Mama Aleta berkata, bahwa “Saya anak seorang Amaf (Raja), tetapi saya perempuan. Menurut adat, saya tidak punya hak untuk bersuara dan tidak berhak menjadi Pemimpin. Tetapi saya memimpin perjuangan menolak tambang. Kami, laki-laki dan perempuan harus berjuang untuk menyelamatkan tubuh kami.”

    Referensi:
    Buku
    A. Sonny Keraf. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Kompas

    Jurnal
    Susilo & Kodir, “Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan”, Jurnal Politik, Vol. 1, No. 2, Februari, 2016, hlm. 2-6.

    Purbandani & Mahaswa, “Ekofeminisme Kritis: Menelaah Ulang Gender, Keadilan Ekologi, dan Krisis Iklim”, Jurnal Perempuan, Vol. 3, No. 27, Desember, 2022, hlm. 227-229

    Asmarani, “Ekofeminisme dalam Antroposen: Relevankan? Kritik Terhadap Gagasan Ekofeminisme”, Jurnal Muldisipliner Mahasiswa Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2018, hlm. 131-134

    Internet
    Magdalene, “Ekofeminisme Perempuan dan Pelestarian Lingkungan”, Magdalene (2020), diakses pada 7 Februari 2024, https://magdalene.co/story/ekofeminisme-perempuan-dalam-pelestarian-lingkungan-hidup/

    WALHI Sulawesi Selatan, “Ekofeminisme dan Perlawanan Nirkekerasan Srikandi Kendeng Terhadap Pembangunan yang Menindas”, WALHI Sulawesi Utara (2020), diakses pada 8 Februari 2024, https://walhisulsel.or.id/2978-ekofeminisme-dan-perlawanan-nirkekerasan-srikandi-kendeng-terhadap-pembangunan-yang-menindas/

    Ica Wulansari, “Kendeng dan Gerakan Ekofeminisme”, Mongabay Indonesia (2017), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.mongabay.co.id/2017/03/06/kendeng-dan-gerakan-ekofeminisme/amp/

    Risa Herdahita Putri, “Api Kartini dalam Perjuangan Petani Kendeng”, Historia (2017), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/politik/articles/api-kartini-dalam-perjuangan-petani-kendeng-PNREK

    Dewi Candraningrum, “Kartini Kedeng”, DW (2016), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.dw.com/id/sembilan-rahim-kartini-kendeng/a-19197872

    Tarmizi Abbas, “Agama dan Ekologi dalam Gerakan Chipko di India”, CRCS UGM (2021), diakses pada 8 Februari 2024, https://crcs.ugm.ac.id/agama-dan-ekologi-dalam-gerakan-chipko-di-india/

    M.F. Mukthi, “Gerakan Memeluk Pohon”, Historia (2010), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/ekonomi/articles/gerakan-memeluk-pohon-PKgpP

    Rahma Juanita Paradilah, “Perempuan Seperti Alam Semesta (Ekofeminisme)”, Kompasiana (2022), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.kompasiana.com/amp/rahma75872/628e049453e2c30b5a150b22/perempuan-sama-seperti-alam-ekofeminisme

    Penulis: Rio Ananda Andriana
    Instagram: @rio.anandaa
    LinkedIn: Rio Ananda Andriana

  • Ekofeminisme: Perjuangan dalam Melepas Belenggu Patriarki dan Eksploitasi Atas Alam

    Ekofeminisme: Perjuangan dalam Melepas Belenggu Patriarki dan Eksploitasi Atas Alam

    Krisis ekologi dan iklim yang sedari dulu terjadi, tidak terlepas dari kerakusan manusia yang hidup di Bumi. Kerakusan tersebut berakar dari kesalahan cara pandang manusia terhadap dirinya sendiri, alam, dan keterkaitan antara keduanya. Segala aktivitas manusia memang pasti akan selalu mengorbankan alam, akan tetapi aktivitas tersebut pada dasarnya bisa direduksi dengan cara pandang yang benar dan tidak harus berpusat pada pengorbanan alam. Oleh karena itu, hal fundamental agar alam ini membaik adalah mengubah cara pandang manusia adalah melakukan aktivitas yang terutama bermuara kepada eksploitasi alam. Dalam hal ini, maka ekofeminisme menawarkan suatu konsep yang dapat mendobrak dan memutus rantai pelanggengan eksploitasi alam, terutama juga yang berpandangan pada penindasan atas kehidupan perempuan.

    Cara Pandang Lahirnya Ekofeminisme
    Bahasan ekofeminisme menjadi bahasan yang kompleks untuk ditelaah. Ekofeminisme sendiri merupakan salah satu cabang dari feminisme. Feminisme merupakan sebuah aliran filsafat yang berorientasi pada mempersoalkan, mempertanyakan, dan menggugat cara pandang yang berpusat pada maskulin dan patriarki. Dalam kata lain, feminisme mendobrak batasan-batasan yang menyebabkan segala penindasan terjadi terhadap para perempuan yang dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai tendensi anggapan relasi kuasa dan dominasi yang tinggi. Dalam konteks bahasan ini, maka adanya krisis ekologi erat kaitannya dengan perempuan yang juga secara bersamaan tertindas oleh kaum-kaum patriarki. Ekofeminisme sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 oleh Francoise d’Eaubonne dalam bukunya yang berjudul Le Feminisme Ou La Mort. Buku tersebut berisi mengenai gerakan perempuan dalam penyelamatan Bumi. Pada tahun 1975, Rosemary Radford Ruether, yaitu seorang cendekiawan feminis Amerika, mengungkapkan lewat tulisannya, bahwa tidak akan ada solusi terhadap krisis ekologi di masyarakat yang kaitan fundamentalnya adalah dominasi. Oleh karena itu, untuk menghancurkan dominasi tersebut, perempuan harus secara kolektif menyatukan kekuatan untuk menentang dan melawan segala bentuk diskriminasi dan penindasan dengan gerakan ekologi untuk mencapai pembebasan dan dengan tujuan menyelamatkan Bumi dari krisis ekologi. Dalam hal ini, para perempuan dan cendekiawan pada bidang ekologi kemudian melihat keterkaitan antara kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan sama dengan eksploitasi terhadap Bumi dan segala sumber daya alamnya oleh kaum patriarki dengan ekonomi kapitalisme yang menghancurkan. Dalam hal ini juga, menurut pemikiran patriarki, bahwa perempuan dan Bumi adalah objek yang bisa dieksploitasi. Sehingga dari narasi tersebut lahirlah gerakan ekofeminisme, dengan demikian hal ini seirama dengan apa yang dijadikan bahasan pada buku karya Francoise d’Eaubonne.

    Menyoal Keterkaitan Perempuan dan Alam
    Perempuan selalu disandingkan dan diasosiasikan dengan alam. Hal ini bisa dilihat dari ragam terminologi yang kita kenal di Indonesia seperti dalam penyebutan tanah air (Bumi) dan peristilahan ibu pertiwi yang mempunyai sifat feminitas. Hal tersebut tidak mengherankan bahwa masyarakat Indonesia dibentuk oleh kerangka patriarki, yang memberikan legitimasi pada dominasi laki-laki atas perempuan, sehingga muncul istilah-istilah perempuan yang disandingkan dengan alam. Dalam konteks ini, Karen J. Warren mengungkapkan kerangka kerja androsentrisme. Androsentrisme sendiri berarti suatu cara pandang dan perilaku yang mengutamakan dominasi dan eksploitasi terhadap alam yang berpusat pada laki-laki. Adapun isi kerangka kerjanya, yaitu berpikir tentang nilai-hierarkis (semisal adanya ‘atas-bawah’), terus adanya dualisme nilai yang berarti bahwa adanya hal dalam melakukan penilaian moral secara dualistis (seperti laki-laki ditandingkan dengan perempuan dan manusia ditandingkan dengan alam), serta terakhir adanya penekanan pada logika-dominasi, contohnya argumentasi yang membenarkan subordinasi. Namun, pada faktanya perempuan memang akan selalu ‘di-alam-kan’ dan ‘di-feminim-kan’, seperti halnya ada istilah, dikuasai, digarap, dan dieksploitasi. Istilah-istilah tersebut digunakan dalam keterkaitannya dengan alam, seperti hutan yang dieksploitasi, tanah yang digarap, dan Bumi yang dikuasai. Sehingga kita tidak bisa menyangkal, bahwa perempuan dan alam memiliki keterkaitan, yaitu sama-sama ditindas oleh kaum patriarki atau mereka yang selalu menggunakan atribut maskulin. Selain itu, mengingat bahwa alam bersifat pasif, non-subjek, dan hanya sekedar memberi selalu dikaitkan dengan insting maternal dalam konsep ibu Bumi, yang juga sering disandingkan dengan Bumi yang melahirkan berbagai peradaban begitu pula perempuan yang melahirkan manusia untuk mengubahan suatu peradaban. Dan hal tersebut jelas pemaknaannya berkaitan dengan perempuan dan alam. Selain itu, jika dilihat dalam kacamata lain, misal jika terjadi kekeringan akibat bencana alam, maka perempuan adalah korban pertama, karena akan susah mendapatkan kebutuhan air bersih untuk menstruasi dan kebutuhan rumah tangga dan penggunaan kesehariannya. Pada akhirnya, ekofeminisme akan selalu menyoal tentang kedekatan perempuan dan alam, karena mengingat ekofeminisme adalah perlawanan atas eksploitasi alam dan pelanggengan sistem patriarki.

    Perjuangan Gerakan Ekofeminisme Sebagai Bentuk Perlawanan
    Bicara ekofeminisme berarti bicara perlawanan atas ketertindasan perempuan dan alam. Seperti dijelaskan di awal, bahwa ekofeminisme lahir untuk menentang segala bentuk diskriminasi yang bermuara pada penyelamatan Bumi. Dalam hal ini, saya akan mencoba memberi contoh realistis bentuk-bentuk dari perjuangan ekofeminisme di masa lalu dan masa sekarang melalui lensa global dan nasional. Dalam lensa global kita bisa melihat perjuangan ekofeminisme dari perempuan-perempuan di India. Dari dahulu bangsa di India sangat menggantungkan hidupnya pada hutan. Bagi perempuan, mereka dapat menemukan ragam sumber daya alam yang ada di hutan untuk kebutuhan sehari-hari, pakan ternak, bahkan bahan bakar. Alhasil, hutan adalah segala-galanya bagi mereka. Pada tahun 1974, Gaura Devi, seorang perempuan yang berasal dari desa Lata memimpin puluhan perempuan lainnya di desa Reni, bagian India Utara untuk menghentikan penebangan pohon yang dilakukan para kontraktor perusahaan-perusahaan ekstraktivisme dengan cara memeluk pohon-pohon tersebut. Mereka bertahan selama berhari-hari untuk memeluk dan menjaga pohon-pohon tersebut, sampai pada akhirnya para kontraktor menyerah dan meninggalkan kawasan tersebut. Gerakan ini berhasil menyelamatkan sebanyak 12.000 km hutan. Dan pasca gerakan tersebut berlangsung, pemerintah negara India membentuk sebuah komite untuk menginvestigasi deforestasi di wilayah tersebut dan membuat larangan terkait dengan penebangan komersial di daerah tersebut. Apa yang dilakukan oleh para perempuan di desa Reni, India tersebut dinamakan dengan gerakan chipko yang dalam bahasa Hindi berarti ‘memeluk’. Gerakan ini selain berhasil melakukan pengusiran para kontraktor, tetapi juga berhasil untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah agar pro lingkungan. Gerakan chipko ini merupakan salah satu bentuk perjuangan ekofeminisme yang dilakukan oleh perempuan dalam menyelamatkan Bumi. Di Indonesia sendiri perjuangan ekofeminisme banyak ditemui, salah satunya bentuk perlawanan yang dilakukan oleh para perempuan di Kendeng, Jawa Timur terhadap pembangunan yang menindas dan merugikan. AWal mula konflik terjadi pada saat adanya rencana pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia di desa Sukolilo, Pati Utara, Jawa Tengah. Namun, warga Sukolilo menolak adanya pembangunan pabrik semen tersebut, karena akan merusak lingkungan sekitar. Oleh karena itu, masyarakat Desa Sukolilo mengadakan aksi demonstrasi dan menggugat PT Semen Indonesia tentang menolak pembangunan pabrik semen tersebut. Sampai pada akhirnya di tahun 2009, warga Desa Sukolilo memenangkan gugatan di Mahkamah Agung yang membuat PT Semen Indonesia gagal untuk melakukan pembangunannya. Lalu, pada tahun 2009 PT Semen Indonesia mengalihkan rencana pembangunannya ke daerah Rembang, Jawa Tengah. Tepatnya di Kecamatan Gunem, Pegunungan Kendeng, Rembang. Namun, Warga Kendeng juga menolak adanya pembangunan tersebut, karena dinilai dapat mengganggu cekungan air tanah (CAT) yang menjadi sandaran warga yang sebagian besar berprofesi sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, terutama perempuan yang juga mencari bahan-bahan pokok dari alam. Selain itu, Selain itu, kaki Pegunungan Kendeng merupakan tempat tinggal bagi orang Samin yang menggantungkan seluruh kehidupannya pada alam, tentu saja jika pembangunan dilakukan akan merusak ekosistem alam di daerah tersebut. Pada tahun 2016 sebanyak 9 petani perempuan Kendeng menyemen kakinya di depan Istana Negara, hal ini dilakukan sebagai bentuk protes atas rencana pembangunan pabrik semen yang dapat merusak pegunungan/karst kendeng tersebut. Bentuk protes yang dilakukan oleh para perempuan Kendeng ini juga merupakan perjuangan ekofeminisme untuk menyelamatkan alam dan manusia. Dari kedua contoh gerakan ekofeminisme tersebut dapat kita lihat, bahwa pada dasarnya gerakan ekofeminisme adalah perjuangan nir-kekerasan yang percaya, bahwa aksi damai yang dilakukan karena alasan etis dan kepercayaan atas kekuatan kolektif, serta bertujuan untuk menjadikan lawan menjadi kawan demi kepentingan kolektif untuk terhindarnya krisis ekologi.

    Kesimpulan
    Pada akhirnya ekofeminisme merupakan suatu cara pandang kita dalam memperjuangkan dan melawan segala bentuk eksploitasi terhadap alam dan diskriminasi perempuan dengan melanggengkannya sistem patriarki. Ekofeminisme cukup sesederhana yang biasa ibu kita lakukan ketika pagi hari, yaitu menyiram tanaman atau pohon di depan rumah atau juga mencoba bercocok tanam dengan merawat tumbuhan secara berkelanjutan. Di akhir bacaan ini, saya mengambil salah satu kutipan bagus dari Mama Aleta Baun yang juga seorang aktivis perempuan dari Nusa Tenggara Timur yang menentang penambangan marmer di NTT dengan menenun. Mama Aleta berkata, bahwa “Saya anak seorang Amaf (Raja), tetapi saya perempuan. Menurut adat, saya tidak punya hak untuk bersuara dan tidak berhak menjadi Pemimpin. Tetapi saya memimpin perjuangan menolak tambang. Kami, laki-laki dan perempuan harus berjuang untuk menyelamatkan tubuh kami.”

    Referensi:
    Buku
    A. Sonny Keraf. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Kompas

    Jurnal
    Susilo & Kodir, “Politik Tubuh Perempuan: Bumi, Kuasa, dan Perlawanan”, Jurnal Politik, Vol. 1, No. 2, Februari, 2016, hlm. 2-6.

    Purbandani & Mahaswa, “Ekofeminisme Kritis: Menelaah Ulang Gender, Keadilan Ekologi, dan Krisis Iklim”, Jurnal Perempuan, Vol. 3, No. 27, Desember, 2022, hlm. 227-229

    Asmarani, “Ekofeminisme dalam Antroposen: Relevankan? Kritik Terhadap Gagasan Ekofeminisme”, Jurnal Muldisipliner Mahasiswa Indonesia, Vol. 1, No. 1, 2018, hlm. 131-134

    Internet
    Magdalene, “Ekofeminisme Perempuan dan Pelestarian Lingkungan”, Magdalene (2020), diakses pada 7 Februari 2024, https://magdalene.co/story/ekofeminisme-perempuan-dalam-pelestarian-lingkungan-hidup/

    WALHI Sulawesi Selatan, “Ekofeminisme dan Perlawanan Nirkekerasan Srikandi Kendeng Terhadap Pembangunan yang Menindas”, WALHI Sulawesi Utara (2020), diakses pada 8 Februari 2024, https://walhisulsel.or.id/2978-ekofeminisme-dan-perlawanan-nirkekerasan-srikandi-kendeng-terhadap-pembangunan-yang-menindas/

    Ica Wulansari, “Kendeng dan Gerakan Ekofeminisme”, Mongabay Indonesia (2017), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.mongabay.co.id/2017/03/06/kendeng-dan-gerakan-ekofeminisme/amp/

    Risa Herdahita Putri, “Api Kartini dalam Perjuangan Petani Kendeng”, Historia (2017), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/politik/articles/api-kartini-dalam-perjuangan-petani-kendeng-PNREK

    Dewi Candraningrum, “Kartini Kedeng”, DW (2016), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.dw.com/id/sembilan-rahim-kartini-kendeng/a-19197872

    Tarmizi Abbas, “Agama dan Ekologi dalam Gerakan Chipko di India”, CRCS UGM (2021), diakses pada 8 Februari 2024, https://crcs.ugm.ac.id/agama-dan-ekologi-dalam-gerakan-chipko-di-india/

    M.F. Mukthi, “Gerakan Memeluk Pohon”, Historia (2010), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/ekonomi/articles/gerakan-memeluk-pohon-PKgpP

    Rahma Juanita Paradilah, “Perempuan Seperti Alam Semesta (Ekofeminisme)”, Kompasiana (2022), diakses pada 8 Februari 2024, https://www.kompasiana.com/amp/rahma75872/628e049453e2c30b5a150b22/perempuan-sama-seperti-alam-ekofeminisme

  • Sukses di Era Digital: 5 Alasan Mengapa Kemampuan Public Speaking Perlu kamu Kuasai

    Sukses di Era Digital: 5 Alasan Mengapa Kemampuan Public Speaking Perlu kamu Kuasai

    Hai, Parastar!

    Tau ga sihh, kalau ada satu keterampilan yang dapat mengubah permainan karir dan kehidupan kamu? Kemampuan ini udah bukan rahasia lagi loh, tapi masih sering diabaikan oleh banyak orang! sad banget kaan :(.  oleh karena itu mari kita bahas mengapa memiliki kemampuan public speaking adalah tiket menuju pintu kesuksesan kamu!

    Lets check this out>>

    1.Meningkatkan self branding

    Parastar ada ga yang hobinya dancing ataupun memasak? Nah coba bayangkan kalau kamu punya keterampilan memasak sekaligus juga punya kemampuan public speaking? Apa yang akan terjadi? Kita akan lebih dikenal. Nah ini yang dikatakan dapat meningkatkan self branding. Parastar akan stand of the crowd, maksudnya apa? Kita akan muncul di antara our competitor dimana kita akan lebih unggul.

    2. Bisa mendapatkan kepercayaan

    ketika nanti Parastar sudah bekerja di suatu company coba deh liat orang-orang yang mendapat kepercayaan. mostly adalah orang orang yang rajin speak up, orang orang yang berani berpendapat, orang orang yang berani berargumen. Mereka yang akan mendapatkan kepercayaan karena mereka percaya diri!

    3. Meningkatkan value diri

    Kapasitas, kualitas dan kontribusi akan meningkat dimanapun kita berada karena skill public speaking. Terutama dalam menyampaikan pendapat ataupun argumen. Ingat ya parastar! setiap Pendapat kita dapat menolong organisasi ataupun company yang kita jalankan.

    4. Bisa menjalin lebih banyak relasi

    semakin banyak kita memiliki relasi maka semakin banyak opportunity yang datang kepada kita!

    5. Meningkatkan karir dan income

    Menjadi pribadi yang mahir dalam public speaking bukan hanya tentang berbicara di atas panggung, tetapi juga membuka peluang baru yang dapat mengubah hidup Parastar loh.

    Nah ini adalah segudang manfaat yang akan kita dapatkan jika kita menguasai public speaking. Public speaking bukan hanya sekadar keterampilan, melainkan pilar utama untuk membentuk masa depan karir dan income. Jangan biarkan peluang cuma datang gitu aja. Mulailah hari ini dengan mengasah kemampuan public speaking kamu. Temukan pelatihan, bergabung dengan komunitas, dan teruslah mengembangkan diri. Ingat, setiap kata yang kamu ucapkan adalah peluang untuk menginspirasi, memotivasi, dan mengubah hidup kamu.

    Ayo, wujudkan impian karir dan pendapatan Parastar melalui keajaiban public speaking. Teruslah berkembang dan teruslah bersinar, manfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya yaa! Salam sukses!

    Best Regards

    Nana

  • 2nd winner in the recent News Anchor Competition!

    2nd winner in the recent News Anchor Competition!

    Thrilled to share some fantastic news with my LinkedIn family! I am absolutely honored to have clinched the 2nd winner in the recent News Anchor Competition!

    This journey has been nothing short of amazing, filled with incredible experiences and learning moments. I want to extend my deepest gratitude to everyone who has been part of this. Your unwavering support has been the wind beneath my wings.

    A big shout-out to the CRN TV UINSU for putting together such a fantastic competition that celebrates the art of news anchoring. It’s an absolute privilege to be recognized among such talented individuals.

    This achievement is not just about winning a title; it’s a testament to the power of hard work, dedication, and the belief that every opportunity is a stepping stone towards greater success.

    I am beyond excited for the future, as this accomplishment fuels my determination to contribute more meaningfully to the world of news reporting.

  • No More Pusying: Kerjaan banyak dibawa enjoy aja!

    No More Pusying: Kerjaan banyak dibawa enjoy aja!

    Time blocking atau biasa dikenal timeboxing methode ini salah satu cara mengelola waktu dengan membagi tiap agenda per periode waktu. Waduh! Pusing gak tuh😩😵‍💫

    Simplenya, kamu cuma harus membagi kegiatan kamu ke 24jam yang kamu punya. Misalnya:
    07.00 – 08.30 : kelas matkul A
    08.30 – 09.00 : mobilisasi
    09.00 – 17.00 : magang
    17.00 – 18.00 : istirahat
    18.00 – 20.00 : ke UKM
    (Ini contoh time blocking ku satu hari)

    Time blocking method ini udah di approve sama harvard juga sebagai cara mengatur waktu untuk produktif yang paling ampuh lho!
    Fyi, aku udah gunain cara ini udah setahun kurang lebih dan sekarang jadi makin kelatih untuk bagi waktu tanpa harus di catet lagi dan lebihnya lagi cara ini buat kita gak jadi people pleaser karna gak harus nerima tawaran orang secara tiba-tiba karna waktu yang kita punya udah dibagi duluan🤗🍻

    Oh ya, trics time management ini tiap orangnya mungkin akan berbeda-beda yaa, ada yang cocok ada yang engga tapiii apa pun itu yang bisa menyesuaikan ya cuma kamu sendiri so selamaat mencoba!😁😍

    #timeblocking #timemanagement #mahasiswa #organisasi #intern #magang #msib #kampusmerdeka #produktif

  • Melangkah Bersama Desa Kepuk Kab. Jepara: Wisata, Usaha Lokal, dan Gebyar Potensi 2023

    Melangkah Bersama Desa Kepuk Kab. Jepara: Wisata, Usaha Lokal, dan Gebyar Potensi 2023

    Pertengahan tahun 2023, saya berkesempatan menjadi panitia kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Kepuk, Kabupaten Jepara. Desa ini menjadi tuan rumah bagi kegiatan Desa Mitra KMJS Pusat 2023, sebuah inisiatif luar biasa yang bertujuan membantu pembentukan kelompok sadar wisata.

    Misi utama kami adalah memberikan dukungan penuh dalam pembentukan kelompok-kelompok yang memiliki kesadaran akan potensi wisata lokal. Kami yakin, melalui pemahaman dan kerjasama yang baik, desa-desa seperti Kepuk dapat berkembang menjadi destinasi wisata yang menarik.

    Tak hanya itu, kami juga fokus pada pengembangan usaha lokal. Salah satu proyek yang menarik perhatian kami adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) yang dikepalai oleh Ibu Umaroh. Mereka mengembangkan usaha olahan umbi suweg, sebuah tanaman lokal yang ternyata memiliki manfaat kesehatan luar biasa.

    Umbi suweg tidak hanya bisa dijadikan alternatif pengganti nasi, tetapi juga dapat membantu mencegah diabetes. Keberlanjutan usaha ini menjadi prioritas kami, dan melalui bimbingan dan dukungan, KWT berhasil menciptakan berbagai olahan menarik seperti cendol, bolen, perkedel, mi, dan produk olahan lainnya.

    Pengabdian kami berlangsung selama satu bulan penuh, di mana kami tidak hanya membantu dalam pengembangan usaha lokal, tetapi juga melakukan berbagai kegiatan untuk memperkenalkan potensi desa kepada masyarakat luas. Puncak kegiatan kami adalah Gebyar Potensi Desa Kepuk, sebuah acara meriah yang menampilkan berbagai kesenian khas desa.

    Acara puncak ini tidak hanya dihadiri oleh warga setempat, tetapi juga mendapatkan perhatian dari tokoh-tokoh penting, seperti Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Sekretaris Daerah Kabupaten Jepara, dan Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Jepara. Kehadiran mereka memberikan dukungan moral yang besar, memotivasi kami untuk terus berkontribusi dalam pembangunan dan pelestarian potensi desa.