Blog

  • Suddenly life’s worth living again…

    Suddenly life’s worth living again…

    Hello, everyone…

    I’m going to start this post by expressing my appreciation for how far you all have come. At this exact time, place, and position, we are where we are supposed to be. Struggling through nearly 2 years in dentistry has often led me to question, “Is this the right decision?” and “Am I supposed to be in this position?” with thoughts of “what if…?”

    Never mind. All I can say is, humans are full of confusion, wondering how different they can be in one situation compared to another. Most of the time, I’ve also grappled with the pressure in academics and the skills lab tasks during preclinical. Furthermore, I had already been in college before (graduated high school in 2020 but retook the university selection test in 2021) (I might share this story later for those of you who might be interested >_<).

    There's a lyric from Foster The People that goes, "Never mind what you're looking for, you always find what you're looking for. Sometimes it's blinding in the race, but the biggest smile is when I see your face."

    And here I am, gratefully, in this exact time, position, and condition, where I gently look at the picture I love the most (my parents) and the marginalized children our family has been teaching since 2014….

    The smiles on their faces are my source of hope, optimism, and reward. They make my life "suddenly worth living" again….

    And for those of you who might be struggling to stand up after falling down, I just want to remind you that "The world doesn't revolve around you, but remember… it can't EVOLVE without you."

    So keep striving, take some rest at the exact amount of time, and always seek what you're looking for… because whatever it is, you'll find it real soon <33

  • Bertumbuh: Dulu Rapuh, Kini Kukuh

    Bertumbuh: Dulu Rapuh, Kini Kukuh

    Manusia adalah makhluk yang dikaruniai oleh Tuhan akal dan pengetahuan. Murni dari itu semua, manusia memiliki kuasa untuk pergi kemana dan berhenti di mana. Sama seperti itu, aku adalah manusia. Mahkluk Tuhan yang memiliki akan dan diberikan kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Aku adalah manusia, makhluk Tuhan yang dapat berkuasa atas kendali diri yang akan hendak kemana dan akan berhenti di mana.

    Aku memiliki kendali untuk semua itu, tetapi Keputusan yang mutlak tetap berada di tangan Tuhan. Menurutku, rapuh yang aku dirasakan adalah salah satu bentuk Keputusan yang Tuhan berikan. Mungkin, rapuh yang setiap manusia memiliki terdapat cerita tersendiri di dalamnya. Pun aku begitu..

    Dulu, bagiku belajar adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Belajar juga menjadi kendaraan untukku mencapai semua mimpi yang aku rencanakan. Mimpi sederhana tapi sangat mendalam dan membekas hingga saat ini. Biar kuberitahu, mimpi itu adalah sinar yang aku perjuangkan cahayanya, meskipun sedang gelap gulita melanda.

    Masuk universitas ternama, terfavorit, dan terakreditasi baik adalah Impian dan dambaan bagi banyak orang. Tentunya, aku adalah salah satu orang tersebut. Sebut saja kampus kuning. Dia yang menjadi alasan utamaku terus belajar dan berjuang. Mimpiku sederhana, bersekolah di sana, bertemu dengan orang-orang hebat dan cerdas, dan tentunya membawa nama baik kota kelahiranku. Duh, ternyata sederhananya mimpiku juga banyak yang menginginkan.

    Tahun penentuan untuk masuk perguruan tinggi menjadi saksi nyata bahwa sebuah kerapuhan harus aku dapatkan. Penolakan bertubi-tubi dan kemalangan lainnya yang membuat rendah diri membuatku sangat merasakan kerapuhan itu sendiri. Terbesit dalam pikiranku, “Apa setidak layak itu kah aku untuk berada di PTN?” dan banyak asumsi negative lainnya yang semakin membuat nelangsa itu tidak kunjung mereda.
    Jujur, tidak ada penekanan atas pilihan dan kegagalan tersebut. Semua murni atas pilihan dan konsekuensi yang aku dapatkan. Penundaan untuk mendapatkan tempat belajar menjadi proses yang sangat membuatku bertumbuh. Menunda setahun adalah fase krusial yang sangat aku ingat hingga kapan pun. Penerimaan, pemaafan, dan proses lainnya yang aku pelajari dalam waktu menunda tersebut adalah bentuk pendewasaan yang sedang aku lakukan.

    Aku rapuh, tapi aku harus bertumbuh. Menunda untuk mengejar mimpi yang sama adalah satu hal yang aku perjuangkan saat itu. Namun, lagi-lagi aku rapuh. Mimpiku tertolak untuk kesekian kalinya.
    Rapuhku itu menjadi awal bertumbuh yang baru hingga detik ini. Memulai hari yang baru, meskipun di tempat lain yang belum pernah aku impikan sebelumnya. Namun, tempat ini yang sekarang aku sadari menjadi mediaku untuk mengenal dunia pertumbuhan yang sangat menyenangkan.

    Terkadang, jika sedang mengevaluasi diri, aku sering tersadar, bahwa tempat yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya, justru menjadi tempat yang sangat memberikan dampak terbaik untuk diri ini dalam proses bertumbuh.

    Satu-persatu rapuhku memudar dan digantikan oleh perasaan haru dalam melewati momen bertumbuh setiap waktunya. Bertumbuh di tempat ini membawaku melihat banyak dunia luas yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya. Melalui tempat ini pula, aku selalu punya semangat untuk bertumbuh setiap detiknya.
    Sekarang, aku kukuh. Penerimaan dan pendewasaan melalui momentum rapuh membuatku kukuh seperti sekarang. Aku selalu percaya, mimpi tidak pernah gagal. Hanya saja, mimpi pun tahu tempat mana yang cocok dan layak untuk diri ini bisa bertumbuh dengan kapasitas yang dimiliki.

    Di manapun tempat yang disinggahi, tidak mungkin aka nada momen bertumbuh jika diri sendiri tidak mampu melihat kapasitas dalam diri. Aku percaya, bertumbuhku ini adalah momen yang membuatku paham akan keberanian dan kapabilitas diri yang sebelumnya belum pernah aku jamah sekali pun.

    Aku ingin berterima kasih untuk diriku sendiri, terima kasih sudah mau memaafkan, mengikhlaskan, dan memberikan ruang bertumbuh untuk diriku meskipun kita tidak berada di tempat yang pernah kita impikan sebelumnya. Terus bertumbuh, yaa. Hari ini, esok, dan seterusnya.

  • Release Your Insecurities: The Impact of People’s Treatment on Self-confidence

    Release Your Insecurities: The Impact of People’s Treatment on Self-confidence

    Pernah nggak sih temen-temen merasa rendah diri dan benar-benar nggak pede, bahkan dalam konteks apapun? Menurut temen-temen, seberapa besar dampak perlakuan dan perkataan orang, terutama orang-orang di sekitar kita terhadap kepercayaan diri kita? Nah, mungkin aku sedikit cerita yaa, temen-temen!

    Jadi, dulu waktu masa-masa akhir SD-SMP aku suuuperr nggak pede. Wah dini banget yaa insecurities-nya? HAHAHAHAH. Dulu, memasuki masa puber, jerawat hormonalku banyak bermunculan, dan pada saat itu dimulai ketika aku kelas 5 SD. Disaat teman-temanku masih super baby face, aku harus mengalami banyak jerawat di wajahku. Pada awalnya aku bodo amat, karena pada saat itu memang aku tidak terlalu memikirkan penampilan. Namun, perkataan dan perlakuan orang sekitar yang benar-benar membuatku menyadari kalau jerawat adalah “bukan hal yang normal” di masyarakat sekitarku. Pernah sekali ketika aku mengaji di masjid di daerah rumahku, temanku mengamatiku agak lama dan tiba-tiba nyeletuk, “Eh jerawatmu kok ada 30?” ucapnya ditengah kondisi aku sedang berkumpul dengan teman-teman yang lain. Sontak saat itu semua pandangan teman-temanku langsung mengarah padaku dan ikut mengamatiku. Saat itu rasanya aku benar-benar malu, ingin menangis, dan ingin pulang saat itu juga. Aku juga dulu waktu SD sempat dipindah dari kelas A ke kelas B dan pada saat itu aku benar-benar tidak memiliki teman dan sering disindir oleh teman kelas yang baru karena memang anak yang tukar kelas denganku jauh lebih cantik, HAHAHAHA pertemanan SD memang super toxic ya ternyata.

    Lanjut ketika aku SMP, jerawatku justru semakin parah. Aku benar-benar merasa tidak percaya diri dan takut untuk mengeksplor diriku sendiri. Perkataan ataupun tindakan orang-orang disekitarku sangat-sangat mempengaruhiku saat itu. Jujur kalau diingat, aku kasihan dengan aku di saat itu. Ucapan-ucapan mereka memang tidak terlalu aku pikirkan karena lama-lama aku cukup terbiasa, namun tetap saja itu membuatku rendah diri. Pernah sekali saat aku berpapasan dengan bapak-bapak tidak dikenal, tiba-tiba beliau berkata, “Anak perempuan kok jerawatan, mana hitam lagi,” ucapnya enteng. Pernah juga pamanku sendiri, PAMANKU SENDIRI YA INI, tiba-tiba berkata, “Mukamu sama mukaku jauh lebih halus mukaku,” aku ngerasa kayaa, HADEEEHHHHH. Bukannya aku nggak peduli dengan penampilan atau apa ya, aku juga berusaha keras untuk sembuh. Dengan minum obat, pakai salep, atau bahkan pakai cara tradisional seperti pakai jeruk nipis, tomat, dll. Namun kalau memang belum saatnya sembuh ya bagaimana lagi. Perkataan dan perlakuan orang-orang disekitarku benar-benar membekas dan turut berkontribusi besar terhadap pribadiku yang jadi pendiam, takut untuk berinteraksi dengan orang lain, tidak suka di keramaian, atau hanya sekadar jalan-jalan. Aku rasa, masa SMP ku benar-benar suram dan terasa berat. Setiap harinya aku hanya berangkat sekolah, jajan di koperasi, masuk kelas lagi, kemudian pulang. Benar-benar flat.

    Namun, alhamdulillah, Allah memberiku kesembuhan saat aku menginjak SMA. Walau jerawatku tidak hilang 100%, namun sudah jauhhhh mendingan daripada sebelumnya. Aku superr senang saat itu, terutama karena proses itu terjadi ketika aku liburan, sehingga aku sangat excited untuk masuk SMA. Saat itu rasanya benar-benar seperti terlahir kembali, ibaratnya kaya “aku yang dulu bukanlah yang sekarang,” HAHAHAHAHA. Tapi seriusss, saat itu aku benar-benar merasakan perubahan yang luar biasa, terutama dari internal diriku sendiri. Aku jadi sering foto selfie, take video random, ataupun memakai bedak. Kalau dulu, boro-boro selfie, berkaca saja aku kadang malas dan merasa tertekan. Kadang-kadang aku sampai merasa tidak nyangka dan berpikir “Serius setelah ini kehidupanku kaya orang-orang normal?”.

    Masa masuk SMA ku benar-benar rasanya aku seperti orang yang baru dan berbeda. Aku merasa full percaya diri dan siap untuk mengeksplor masa-masa yang aku tidak rasakan ketika SMP dulu. Aku jadi berani reach out teman lebih banyak, lebih banyak bicara dan berinteraksi, bahkan saat itu aku jadi wakil ketua kelas. Walau terdengar sepele, itu benar-benar berharga bagiku, karena dulunya aku yang sering direndahkan dan sama sekali tidak dilirik untuk diberikan amanah, tiba-tiba diberi amanah oleh teman sekelasku. AKU SUPERR BAHAGIA SAAT ITU. Aku juga eksplor banyak hal di SMA. Alhamdulillah saat itu aku keterima OSIS dan Rohis sekaligus dan pada tahun kedua aku diamanahi sebagai koordinator bidang di kedua organisasi tersebut. Aku juga mencoba banyak hal lain, seperti ikut KIR dan membuat project KIR, mulai mencoba berbisnis dengan temanku, mengikuti olimpiade, dan banyak mencoba lomba-lomba. Bagiku, ini semua adalah progres luar biasa besar karena sebelumnya aku bahkan tidak bisa membayangkan semua ini bisa aku lakukan. Aku yang dulunya sama sekali tidak percaya diri jadi bisa mencoba banyak hal dan jadi cukup dikenal di SMA. Saat itu, aku sangat bangga dengan diriku.

    Masuk perkuliahan, aku masih memiliki semangat, rasa ingin tahu, dan rasa percaya diri yang sama dengan ketika aku SMA. Aku selalu mencari dan mencoba peluang yang ada. Beberapa kesempatan aku diamanahi menjadi kepala departemen, ketua pelaksana, maupun kepala divisi. Aku juga melatih public speaking dengan mencoba menjadi MC dan moderator di acara-acara kampus. Aku juga merintis bisnis kecil dengan teman-temanku dan mencoba mengikuti lomba, walau hasilnya masih perlu terus diasah. Selain itu, aku juga mulai merambah ke project dosen dan mencoba internship. Hingga saat ini pun terus menata diri dan terus belajar untuk menjadi lebih baik.

    Finally selesai ceritanya, guys! Ehehehe, ternyata lumayan panjang juga yaa! Dari ceritaku, aku merasa bahwa perlakuan dan perkataan seseorang benar-benar akan mempengaruhi rasa percaya diri. Terutama pada hal yang sebenarnya kita usahakan mati-matian namun belum berhasil, ditambah dengan omongan orang yang kurang baik akan membuat kita semakin merasa terpuruk. Mulai sekarang, kita harus menjaga lisan dan perilaku kita ya! Dan untuk teman-teman yang saat ini masih berjuan untuk bangkit dari sesuatu, semangat yaa! Terus berusaha dan jangan dengarkan kata orang!! Keep shining guys!!

  • Senyuman Hangat Adik-Adik Pemulung di Taman Baca Amalia

    Senyuman Hangat Adik-Adik Pemulung di Taman Baca Amalia

    Di tengah kehidupan elit modern perkotaan yang hidup dengan kemewahan. Terdapat kehidupan anak-anak pemulung yang jarang terdengar kisahnya. Anak-anak pemulung ini hidup dalam keterbatasan ekonomi. Sejak masih kecil, mereka sudah terbiasa dengan kenyataan kerasnya kehidupan bahwa mereka harus turut berkontribusi untuk menghidupi keluarga mereka.

    Salah satunya adalah anak-anak yang tinggal di Kampung Pemulung Sarmili, Pondok Aren. Di saat anak-anak lainnya sedang asyik bermain dan berkumpul bersama keluarga, mereka aktif untuk mengumpulkan botol-botol bekas dari satu tempat ke tempat lainnya untuk nantinya dapat dijual kepada pengepul. Meskipun demikian, anak-anak pemulung ini tetap semangat dalam mengejar impiannya. Terlihat dalam antusias mereka ketika menulis mengenai impiannya.

    Pada hari Minggu, 24 Desember 2023 Saya berkesempatan menjadi volunteer 1000 GuruTangsel untuk melaksanakan program TnG (Teaching and Giving) di Taman Baca Amalia, Kampung Pemulung Sarmili, Pondok Aren. Taman Baca Amalia ini sudah berdiri selama 13 tahun. Pengurus Taman Baca Amalia ini bernama Ibu Yati.Seiring berjalannya waktu, Bu Yati turut mengurus secara keseluruhan, seperti pendidikan adik-adik pemulung ini.

    Walaupun kebanyakan dari mereka masih belum sekolah, akan tetapi beberapa anak ada yang bersekolah sampai di tingkat sekolah menengah hingga ada yang putus sekolah karena kesulitan perekonomian. Sesampainya dilokasi, kami di sambut dengan senyuman hangat adik-adik pemulung yang sudah menanti kedatangan kami. Mereka sangat antusias untuk bercerita dan bermain bersama. Antusias adik-adik di Taman Baca Amalia ini memberi semangat baru kepada kami para volunteer. Disana, kami melakukan games, kreativitas, makan siang bersama, dan pembagian donasi kepada anak-anak pemulung disana. Salah satu kreativitas yang kami buat bersama adalah pohon impian. Setiap anak menulis nama dan cita-citanya di masa depan nanti. Mereka ada yang menulis ingin menjadi polisi, guru, pilot hingga hafizhah qur’an. Semoga kelak dimasa depan nanti, cita-cita mereka dapat menjadi kenyataan.

    Pengalaman menjadi relawan dikegiatan teaching and giving ini memberikan semangat baru bagi kami untuk terus menebar kebaikan kepada sesama. Menjadi relawan merupakan sebuah panggilan jiwa untuk membantu dan meringankan beban saudara kita yang membutuhkan. Selain itu, aktivitas menjadi relawan ini dapat mengembangkan dan mempertajan sebuah inisiatif sosial.

    “The smallest act of kindness is worth more than the grandest intention.” –Oscar Wilde

  • Volunteering di acara Kültür Haftası (Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki)

    Volunteering di acara Kültür Haftası (Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki)

    Pekan Kebudayaan Indonesia-Turki atau dalam Bahasa Turkinya “Kültür Haftası” yang diselenggarakan oleh Yunus Emre Enstitüsü Jakarta dari tanggal 11 Agustus 2023 – 19 Agustus 2023 berjalan lancar dan sukses!
    Kegiatan ini tak hanya di ikuti oleh peserta yang berada di wilayah Jabodetabek saja, akan tetapi dari luar pulau jawa pun hadir. Acara ini menghadirkan berbagai jenis perlombaan mengenai Indonesia-Turki yang terbagi dalam 3 macam jenis lomba, yakni lomba membuat dan membaca puisi, lomba memasak makanan khas Turki, dan lomba cerdas cermat.
    Pada hari pertama, perlombaan yang diadakan adalah lomba membuat puisi dalam bahasa Turki dan bahasa Indonesia. Para peserta sangat antusias dalam membuat puisinya. Peserta yang paling semangat dalam perlombaan ini berasal dari siswa SMA. Mereka menuangkan pengetahuan mereka tentang Turki ke dalam puisinya. Selanjutnya adalah perlombaan memasak makanan khas Turki. Para peserta berkompetisi dalam membuat dan menyajikan makanan Turki. Disamping itu, para peserta juga diuji pengetahuannya mengenai sejarah, latar belakang, asal, dan nilai gizi dari makanan yang mereka buat. Meskipun kebanyakan dari para peserta ini memasak makanan bercita rasa Turki, namun para juri merasa terkesima dengan rasa dari makanan yang peserta buat. Salah satu juri bernama Cemal Sahin yang merupakan orang Turki berkomentar mengenai salah satu makanan yang dibuat peserta yakni puding beras khas Turki “Sütlaç” bahwa rasanya sangat mirip dengan yang ada di Turki. Para peserta terbagi dalam 6 kelompok yang berasal dari siswa SMA dan mahasiswa. Mereka sangat bersemangat dalam membuat makanan khas Turki ini. Para peserta berlomba-lomba memberikan hasil yang terbaik untuk menjadi juara. Mereka memasak berbagai macam jenis masakan yang jenisnya sudah disediakan oleh panitia. Mulai dari Menemen, Köfte, Sulu köfte dan Sütlaç
    Selain itu, lomba terakhir yang terdapat dalam acara ini adalah lomba cerdas cermat pengetahuan Indonesia-Turki. Diharapkan dengan adanya perlombaan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita akan budaya dan sejarah, yang tidak hanya tentang Indonesia saja akan tetapi dari negara yang terhubung oleh dua benua tersebut.

  • 20 Surat dari 30862

    20 Surat dari 30862

    Sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat, pengabdian dengan turun ke lapangan, melakukan penyuluhan kesehatan adalah satu momentum yang tidak akan pernah absent. Pengalaman yang akan membuat kamu ketagihan dan kangen dengan atmosfernya. Trust me!!

    Pagi itu adalah hari dimana pengabdian ini dimulai. Pengabdian ini dikemas dalam suatu Projek. Projek ini kami lakukan di salah satu Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kota Indralaya Utara, sasaran dari penyuluhan kesehatan ini adalah Anak-Anak dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebagai leader dari projek ini bersama dengan 216 teman lainnya kami persiapkan semua hal dengan sebaik mungkin agar projek pertama kami bisa memberikan impact yang besar dan ilmu yang kami pelajari selama di kelas pun bisa kami aplikasikan dengan baik.

    Penyuluhan kesehatan ini kami beri nama Kampung Pandai Indralaya atau disingkat KPI yang dibimbing oleh dosen hebat kami, ibu Najmah, M.PH. Kegiatan ini merupakan upaya edukasi kepada anak-anak di sekolah dasar tersebut mengenai berbagai hal seperti memperkenalkan gizi seimbang melalui lagu “Isi Piringku”, sex education mengenai sentuhan terhadap diri yang boleh maupun tidak boleh dilakukan dengan menyanyikan lagu “Sentuhan Boleh Sentuhan Tidak Boleh”, social life seperti pencegahan terhadap bullying, menjaga kesehatan diri dengan mengadakan kegiatan sikat gigi juga mencuci tangan dengan baik dan benar, serta menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah pada tempat yang seharusnya. Kegiatan ini mengangkat tiga subtema besar yakni My Food My Superpower, I’m the Boss of My Body dan My Manners Guide yang dikemas melalui buku yang kami buat sendiri.

    Bagianku, menyampaikan materi 5 Cara Sederhana Terhindari dari Penyakit di ruangan kelas 5B. Nampak saat masuk kelas senyuman- senyuman begitu manis yang membuat hatimu hangat dan semakin siap untuk berbagi dan bercerita kepada mereka. Materi yang diberikan juga disampaikan secara menyenangkan hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 11.15 WIB.

    Kegiatan kami cukupkan, kami tutup projek pengabdian ini dengan post test, dokumentasi manis sebagai kenang kenangan, pembagian snack sekaligus sesi sugar cube. Sesi sugar cube ini kami khususkan di kelas 5-6, kami meminta feedback dari anak-anak mengenai pembelajaran hari ini dan mereka juga bisa membuat surat untuk kakak pengajar yang ingin mereka tuju.

    Selama sesi sugar cube berlangsung, aku duduk menunggu apakah ada surat yang akan dilayangkan kepadaku. Aku mengingat kembali rasa senang dan semangatku saat berbagi dan menceritakan materi yang disampaikan, keaktifan, keceriaan dan respon dari mereka juga menorehkan satu sisi tersendiri di ingatan dan hatiku. Mungkin memang ini definisi dari “Mengabdi yang memberi arti”. Setelah menunggu beberapa saat, datanglah 20 origami warna warni yang bertuliskan “Untuk Kak Na”. Saat membaca isinya, campur aduk hati ini melihat kalimat manis yang mereka berikan untukku, sembari membaca ada dua orang anak perempuan yang mendekat dan meminta nomor whatsapp, katanya supaya tetap bisa berkomunikasi. Rupanya nomor whatsapp ku menyebar ke satu kelas tersebut hihihi lucu sekali jika melihat mereka memberi kabar dan mengajak untuk video call. Bahkan hingga tahun 2023 kemarin mereka masih menghubungiku dan menanyakan kabar, akupun sedikit banyaknya me-reply status whatsapp mereka, menanyakan apakah buku pembelajaran yang kami berikan waktu itu masih mereka baca atau tidak. Sungguh, sangat melekat 2 hari bersama mereka.

    “Ilmu itu bukan tentang yang paling banyak dihafalkan, tetapi tentang siapa yang paling memberi manfaat.”

    Nb : 30862 adalah kode pos yang digunakan Sekolah Dasar Negeri yang aku kunjungi.

  • Empati, Pemuda, dan Pembangunan

    Empati, Pemuda, dan Pembangunan

    “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”. Ucapan bung karno menegaskan betapa kuat dan pentingnya pengaruh yang dapat diberikan oleh seorang pemuda. Kutipan tersebut juga bukanlah sebuah retorika belaka, melainkan benar adanya. Siapa orator handal yang mampu menggerakan hati jutaan rakyat Indonesia untuk berjuang melawan penjajahan? ia adalah Soekarno, seorang pemuda asal Surabaya. Siapa wanita pemberani yang gagasan-gagasannya membuka jalan bagi perubahan sosial dan pendidikan di Indonesia? Ia adalah  Kartini, seorang pemudi dari Jepara. Tak diragukan lagi, sudah sepatutnya kita sepakat bahwa pemuda merupakan agent of change yang memiliki dampak besar dalam membawa perubahan-perubahan dalam pembangunan. Sikap kritis dan semangat pemuda memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan menyadarkan masyarakat. Tak heran jika semangat pemuda inilah yang saat ini tengah digaungkan pemerintah dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

    Pada tahun 2045 nanti Indonesia akan kedapatan bonus demografi atau 70% penduduknya merupakan usia produktif (15-64 tahun). Oleh karena itu, pemuda menjadi instrumen yang harus dimaksimalkan potensinya karena akan menjadi penentu nasib bangsa ini dalam dua dekade mendatang. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia emas, terdapat sebuah aspek penting yang harus ditanamkan dalam diri pemuda, yakni empati. Membangun empati merupakan bagian dari upaya memperkuat pembangunan karakter bangsa untuk mewujudkan visi Indonesia emas 2045 (Susari, 2020). Karena melalui empati, pemuda dapat tergerak untuk melakukan perubahan-perubahan atas dasar kesadaran dan kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Sebagaimana Soekarno pernah berkata “aku lebih senang pemuda yang merokok dan minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang hanya memikirkan diri sendiri”. Bahwasanya secerdas apapun seorang pemuda apabila tidak diiringi dengan empati terhadap bangsa ini, pada akhirnya pun tidak akan berarti apa-apa.

    Empati sendiri terdiri dari beberapa jenis, dan salah satu yang menurut saya paling penting adalah empati welas asih yang tidak hanya berupa perasaan mengerti kondisi orang lain namun juga benar-benar tergerak untuk mengambil tindakan. Dalam pembangunan, pemuda bisa menunjukan empatinya melalui berbagai cara dan dapat dimulai dengan langkah-langkah kecil. Salah satunya adalah melalui gerakan sosial atau organisasi kemasyarakatan. Karena saya percaya untuk mencapai kemajuan pembangunan diperlukan pembenahan pada aktor level inti, yakni masyarakat. Hal tersebut mendorong saya untuk mencoba memberdayakan masyarakat secara langsung, salah satunya melalui organisasi Desamind. Dalam sebuah rumah kecil nan hangat kami bekerjasama dengan pemuda-pemudi desa Sukamulya untuk membuat program pengajaran non-formal bagi anak-anak sekolah dasar. Beragam aktivitas kami lakukan, seperti mengukir tanah liat, melukis, dan kegiatan lainnya yang dapat melatih kognitif. Kehadiran kami seakan menjadi penghiburan tersendiri bagi mereka. Terdapat kepuasan tersendiri melihat senyum terukir di wajah mereka, terlebih ketika mendengar cerita mengenai mimpi-mimpi yang ingin diraih. Namun demikian, tidak hanya mimpi-mimpi besar yang saya dengar, terdapat pula beberapa anak yang tidak yakin akan mimpinya karena terjebak dalam belenggu dilema antara kemiskinan dan pendidikan. Menyadarkan saya bahwa tidak semua anak Indonesia bisa berkesempatan mendapat pendidikan yang layak. Oleh karena itu, sebagai agent of change empati pemuda dibutuhkan untuk membantu terpenuhinya pengetahuan pada generasi penerus.

    Bukti nyata peran pemuda lainnya dapat kita lihat dari kegigihan anak-anak SMA yang bersekolah di luar negeri namun memiliki kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia. Mereka adalah para pendiri organisasi TutorHead, sebuah wadah bantuan pendidikan online gratis yang ditujukan bagi anak SD-SMA. Sebagai salah satu pengajar dalam organisasi tersebut, saya melihat betapa banyaknya anak-anak dan orang tua yang merasa terbantu akan kehadiran organisasi ini. Bayangkan bagaimana jadinya apabila pemuda-pemudi Indonesia dari Sabang sampai Merauke melakukan hal yang sama? Saya yakin target Indonesia emas 2045 bukanlah hal yang mustahil untuk kita raih.

    Empati menjadi fondasi penting dalam mewujudkan kesejahteraan dan keharmonisan bangsa Indonesia. Empati dapat menjadi pemantik yang menyalakan naluri dan akal pemuda dalam berinovasi guna menyelesaikan permasalahan sosial. Lebih dari sekedar itu, empati juga dapat menjadi “strong why” atau alasan yang kuat bagi seseorang melakukan sesuatu. Saya percaya untuk meneruskan kebaikan dan menyentuh empati pemuda-pemudi lain secara lebih luas diperlukan skill kepemimpinan yang mumpuni dan Instarter merupakan wadah yang tepat bagi saya dan pemuda lainnya untuk mengasah keterampilan dan potensi diri.

  • Mimpi 3 tahun lalu yang menjadi kenyataan

    Mimpi 3 tahun lalu yang menjadi kenyataan

    Tepat dua tahun lalu di usiaku yang ke 17, aku merasa kalah dengan dunia yang kuhadapi. Tak jarang aku merasa sia-sia akan perjuangan mengejar mimpi. Kamu tau apa mimpiku saat itu? Menjadi psikologi, membantu orang-orang yang memiliki mentall illness, menjadi tempat terbaik di kala orang merasa terpuruk. Ya, itulah mimpiku saat itu. But you know what? Hal yang kukejar dengan meninggalkan materi di kelas demi mengejar ilmu sosial (ekonomi, geografi, sosiologi, dan sejarah) selama 1 tahun di kelas 12, mengikuti try out dimanapun kapanpun, berlatih soal, menonton video pembelajaran, dan sebagainya ternyata aku dinyatakan tidak lolos di universitas manapun. Soo what’s my next plan? Aku bertanya kepada ayahku dan beliau memintaku untuk mencoba jurusan yang berhubungan dengan bisnis. Tiba-tiba BOOM, jurusan administrasi bisnis yang kupelajari selama 3 jam sebelum ujian aku berhasil menaklukannya dibandingkan dengan jurusan psikologi yang kukejar selama 1 tahun. Di tahun pertama aku kuliah, aku merasa bosan dan ku isi kegiatan ku dengan menonton drakor. Salah satu drakor itu adalah “Start-Up”. Dari drakor itu, mimpiku berubah, bukan menjadi psikolog, tapi menjadi perintis, membangun start up di usia muda. Singkat cerita, dua tahun kemudian di umurku yang ke 19 tahun, aku melangkah sedikit maju, aku diterima di program wirausaha merdeka, dan aku bertemu dengan teman-teman dengan visi yang sama. “Kitajalan!” adalah start-up pertama aku, mimpi yang kian kini menjadi nyata. Siapa sangka sosok yang dulunya merasa kalah dengan dunia, sekarang bisa merasa lebih maju untuk dunia? Siapa sangka sosok yang selalu menyalahkan diri sendiri, sekarang bisa membanggakan diri bahkan masuk berita? Inilah aku, Annisa Permataning Titah Rachman, wanita yang memperjuangkan mimpinya dan aku yakin siapapun yang membaca kisah ini, kalian pasti mampu untuk meraih mimpi itu. Meraih mimpi bukan hasil yang instan, bahkan aku merasa mimpi ini masih perjalanan awal yang belum sampai 5% dijalani. Tapi aku yakin apapun yang kita perjuangkan, pasti akan jadi kenyataan. Kalaupun tidak menjadi kenyataan, berarti Tuhan Maha Baik yang bisa memberikan kita yang terbaik:)

  • Gagal dan Bangkit

    Gagal, Kalah, Penipu, itu tiga hal yang sering aku dapatkan ketika berhenti kuliah, awalnya orang tua dan keluarga besar sudah menaruh harapan kepada aku yang dapat SMA favorit di Kota Serang, mendapatkan kelas unggulan disana ternyata menjadi beban bagiku, perbedaan ekonomi menjadi salah satu faktor, ketika setiap orang belajar dan les tambahan di luar sekolah, sedangkan aku membeli buku bekas sambil bekerja. Pada 2019, Harapan menjadi kenyataan ketika aku dinyatakan diterima di salah satu universitas negeri. Saat itu semua orang membanggakan aku, tetapi yang aku pikirkan saat itu cara bertahan hidup di kota orang, sehingga aku harus kuliah sambil bekerja di salah satu hotel. Ketika itu wabah covid menyerang dan terpaksa berhenti bekerja. Ayah yang bekerja karyawan kontrak terpaksa berhenti setahun bekerja dan sulit untuk menghidupi kelima anaknya. Saat itu aku memutuskan kuliah untuk membantu mencari penghasilan demi makan sehari-hari. Hinaan dan cacian banyak yang aku terima dari keluarga besar dan tetangga sekitar. Selama masa pandemi covid 19, aku hanya memikirkan keluarga untuk bertahan hidup. Ketika 2021, aku memberanikan kuliah lagi, dan aku mendapatkannya di jurusan teknik metalurgi UNTIRTA. Karena merasa tertinggal oleh teman-temanku, aku mencoba berbagai beasiswa, organisasi, dan kerja sampingan menjadi ojek online. Bangkit semangatku ketika diterima sebagai penerima beasiswa oleh PT PARAGON pada awal semester 3, dan untuk kedua kalinya menjadi penerima beasiswa INSTARTER pada awal semester 5. Usaha serta doa menjadi kunci dari semua hal yang aku dapatkan selama ini. Semua yang hilang kini aku mulai mendapatkannya lagi, pertemanan, relasi, pola pikir, serta semangat menjadi yang terbaik. Sekarang aku sudah semakin dewasa dengan tidak memikirkan omongan negatif orang lain, percaya proses, dan berbuat baik pada setiap orang yang aku temui. Tuhan mampu mengubah seseorang, jika orang itu mau berubah. keep going.

  • “Menembus Mimpi: Kisah Anugerah dan Perjuangan dari Jalan Sederhana ke Perguruan Tinggi”

    “Menembus Mimpi: Kisah Anugerah dan Perjuangan dari Jalan Sederhana ke Perguruan Tinggi”

    Tidak pernah terlintas dalam benak saya ataupun orang tua bahwa pendidikan tinggi akan menjadi bagian dari perjalanan hidup saya. Saya ingat sekali, orang tua saya pernah berkata pada kami anak nya “kalian bisa tamat SMA saja sudah Puji Tuhan”. Namun Tuhan baik, semua bisa terjadi diluar dugaan kita. Ya, hal itu terjadi dalam kehidupan saya. Awal nya saya merasa bahwa pendidikan saya hanya akan sampai di bangku SMA, namun siapa sangka sebuah keajaiban, pintu kehidupan saya terbuka lebar saat saya memasuki SMA yang berkualitas tinggi dengan beasiswa penuh. Hal tersebut adalah anugerah luar biasa yang kami terima dengan penuh syukur. Itu adalah seperti sinar mentari pertama yang menyinari kehidupan keluarga kami.

    Perjalanan di SMA saya lalui dengan penuh warna dan tantangan, tetapi setiap langkah membawa saya lebih dekat kepada impian untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Itu adalah perjalanan yang penuh tekad, belajar keras, dan semangat pantang menyerah. Saya bertekad untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya sebagai bentuk terima kasih atas berkah beasiswa yang saya terima. Dengan keyakinan penuh, orang tua saya juga percaya bahwa saya adalah harapan pertama mereka dan akan menjadi pembuka gerbang bagi masa depan adik-adik saya. Hal ini lah yang menjadi penyemangat saya untuk terus maju.

    Dalam keberlanjutan kisah kehidupan saya, keajaiban tidak berhenti samapi disitu. Siapa sangka ada keajaiban yang lebih besar menanti saya di jalur pendidikan tinggi. Dengan takdir yang telah tertulis, saya kembali berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Pertamina. Kampus ini menjadi panggung baru bagi petualangan hidup saya, tempat di mana mimpi-mimpi akan digarap dan direalisasikan.

    Setiap langkah yang saya ambil, saya sertai dengan rasa syukur dan pengabdian kepada Tuhan yang telah membuka pintu-pintu kehidupan saya. Kisah hidup saya menjadi saksi kebaikan Tuhan dalam memberikan jalan keluar yang tak terduga. Saya belajar bahwa impian dapat menjadi kenyataan, bahkan ketika awalnya tampak tidak mungkin.

    Kisah hidup saya bukan hanya tentang pencapaian pribadi, tetapi juga tentang memecahkan batasan-batasan yang mungkin terlihat menghalangi perjalanan hidup. Saya berharap kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang yang menghadapi tantangan dan merasa keputusasaan. Tuhan sungguh baik dalam setiap aspek kehidupan kita, membawa kita melewati rintangan dan memberikan kebahagiaan yang tak terkira.